Kontribusi Penginderaan Jauh dan SIG dalam Mencapai Tujuan SDGs

Ayu Nabila | Ruslan Abdul Munir
Kontribusi Penginderaan Jauh dan SIG dalam Mencapai Tujuan SDGs
Satelit merupakan wahana dalam teknologi penginderaan jauh untuk merekan kondisi di permukaan bumi. (Pixabay)

Sustainable Development Goals (SDGs) merupakan suatu tujuan pembangunan dengan target menciptakan kualitas hidup orang diseluruh dunia baik generasi saat ini maupun generasi yang akan datang, dengan memperhatikan penggunaan sumber daya alam secara efektif dan efisien. SDGs lahir atas dasar konferensi pasca MDG dan proses konferensi Rio de Janeiro yang membahas terkait pembangunan pasca 2015 .

SDGs sendiri memiliki indikator pembangunan yang bersifat global connect dan universal, yang berarti memiliki konsentrasi pada berbagai isu pembangunan berkelanjutan. Dalam hal ini SDGs telah memiliki 17 tujuan, 169 target dan 230 indikator pembangunan. Salah satu faktor utama dalam ketercapaian pembangunan adalah kondisi kesehatan populasi. Merujuk konsep determinan kesehatan  bahwa saat ini tingkat kesehatan individu dan distribusi kesehatan yang adil dalam populasi ditentukan oleh banyak faktor yang terletak di berbagai level . 

Dahlgreen dan Whitehead pada tahun 1991 menggambarkan determinan sosial kesehatan terletak di berbagai level dalam model eko-sosial kesehatan. Teori tersebut menjelaskan bahwa kesehatan yang dialami individu/ populasi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang terdapat pada lapisan lingkungan, sebagian besar determinan kesehatan tersebut sejatinya dapat diubah (modifiable factors). Kemudian jika kita kaitkan dengan tujuan SDGs, sebagian besar tujuan yang ingin dicapai berkaitan dengan determinan sosial kesehatan yang terletak di berbagai level sesuai dengan teori eko-sosial kesehatan.

Berdasarkan fakta yang ada, dapat dikatakan bahwa salah satu yang ingin dicapai SDGs merupakan determinan kesehatan. Terlepas dari poin ke-3 SDGs yang memang berfokus pada kesehatan. Hasil konferensi PBB dalam Environment and Development, Agenda 21, yang membahas bab 6 tentang “Protecting and Promoting Human Health”, telah mengakui bahwa kesehatan dan pembangunan memiliki hubungan dua arah. Sehingga dalam agenda 21 harus mengupayakan kebutuhan kesehatan utama populasi di dunia, karena merupakan bagian vital dari pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan.

Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya dibutuhkan upaya dan kontribusi berbagai bidang, agar percepatan ketercapaian tujuan dapat berjalan dengan lancar, sehingga tujuan untuk meningkatkan kesehatan populasi dan distribusi kesehatan yang merata pada populasi maupun antar populasi akan segera tercapai. Dengan terciptanya kesehatan populasi maka semakin mendorong pembangunan ekonomi pula, dalam hal ini dapat terjadi peningkatan produktivitas, peningkatan pendapatan keluarga, yang jika ditinjau secara agregat nasional dapat meningkatkan Produk Domestik Bruto per kapita.

Pengumpulan data aspek fisik lingkungan menggunakan teknologi PJ yang diintegrasikan dengan teknologi SIG dapat menghasilkan data yang tepat guna untuk kajian kesehatan manusia yang erat kaitannya dengan lingkungan. Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat dikatakan bahwa penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) sangat berperan dalam mencapai tujuan SDGs untuk menciptakan determinan kesehatan. Dengan berbagai metode dan analisis fisik serta pemodelan spasial yang dapat diintegrasikan untuk memecahkan berbagai permasalahan dibidang kesehatan. Tentunya hal tersebut akan sangat memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan berkelanjutan di berbagai penjuru dunia.

Peran Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di Bidang Kesehatan

Ilustrasi Pemetaan Digital (Pixabay)
Ilustrasi Pemetaan Digital (Pixabay)

Fasilitas kesehatan merupakan suatu hal yang sangat vital dan akan terus dibutuhkan oleh masyarakat/populasi sampai kapanpun. Sebuah wilayah dikatakan sebagai wilayah yang makmur dan sejahtera salah satunya ialah apabila terdapat sebuah fasilitas kesehatan yang dapat menampung masyarakatnya/populasi yang sedang membutuhkan dibidang kesehatan.

Adapun perencanaan terhadap pembangunan infrastruktur terutama dalam fasilitas kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas haruslah direncanakan dan diprogramkan sedari dini. Sehingga kebutuhan terhadap indonesia emas bagi bonus demografi di masa yang akan datang terhadap fasilitas kesehatan dapat terpenuhi sesuai dengan jumlah dan kebutuhan. 

Teknologi Spatial Digital Mapping yang berkembang sangat begitu cepat saat ini banyak diterapkan pada berbagai macam skala dan tema untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan dan pengembangan wilayah. Salah satunya untuk melakukan pemetaan lahan potensial yang berpotensi untuk dibangunnya fasilitas kesehatan, khususnya di daerah-daerah terpencil. Dengan adanya analisis terhadap potensi lahan untuk pembangunan rumah sakit di daerah yang belum terkena pembangunan secara merata dapat memberikan gambaran bagi pemerintah dalam pembangunan rumah sakit jangka panjang yang difungsikan sebagai infrastruktur bidang kesehatan.

Sehingga kebutuhan terhadap layanan kesehatan dapat terpenuhi, indeks kesejahteraan masyarakat akan meningkat, dan tujuan SDGs terhadap determinan kesehatan dalam rangka meningkatkan kesehatan populasi dan distribusi kesehatan yang merata pada populasi maupun antar populasi akan segera tercapai secara adil dan merata diberbagai penjuru Indonesia.  

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak