Sejarah Hari Ini: Megatsunami 1674 di Ambon

Hernawan | Hendra Fokker
Sejarah Hari Ini: Megatsunami 1674 di Ambon
Ilustrasi Tsunami.[Pixabay/KELLEPICS]

Berangkat dari catatan yang tertulis pada laporan Georg Everhard Rumphius di Ambon, Maluku, mengenai peristiwa bencana mahadahsyat yang meluluhlantakkan Ambon dan wilayah pesisir timur lainnya. Semua berawal dari terjadinya sebuah gempa di selatan Ambon, yang berkekuatan kurang lebih 6.8 sr, menyebabkan terjadinya tsunami yang sangat besar.

Disinyalir mencapai ketinggian hingga 100 meter, walau ada beberapa catatan mencapai ketinggian hingga 80 meter. Tetap saja, dikategorikan sebagai megatsunami, karena memiliki daya rusak yang luar biasa pada setiap area terdampaknya.

Pemerintah Hindia Belanda hingga menerbitkan berita darurat untuk evakuasi seluruh penduduk dan aset-aset penting di sepanjang area pesisir. Walau terlambat dilakukan, karena keterbatasan moda transportasi kala itu. Alhasil, terhitung hingga 2000-an korban jiwa berjatuhan pasca terjadinya megatsunami tersebut.

Dampak yang dirasakan hingga ke Papua hingga Nusa Tenggara. Laut Banda sebagai titik pusat gempa, menjadi pusat terjadinya gelombang tsunami yang maha dahsyat. Semua kapal Belanda dikerahkan untuk membantu evakuasi pasca terjadinya bencana. Dalam beberapa bulan, semua hanya fokus dalam upaya pemulihan dan perbaikan infrastruktur yang rusak.

Seperti dikisahkan oleh Rumphius, gempa yang terjadi di malam hari, sempat membuat lonceng-lonceng di Kastil Victoria berdentang dengan sendirinya. Sangat kuat, hingga menghancurkan rumah-rumah penduduk yang ada di sekitar benteng. 17 Februari 1674, dianggap sebagai sabtu kelabu, yang menimbulkan kepanikan serta ketakutan bagi para penduduk Ambon.

Pergeseran tanah yang terjadi, semakin membuat suasana evakuasi tidak dapat berjalan dengan baik. Korban-korban yang berjatuhan juga kebanyakan dari penduduk lokal dan orang-orang asing yang tinggal di area pesisir selatan Ambon. Catatan ini juga dikemukakan oleh Ignatius Ryan Pranantyo dan Phil R. Cummins dalam jurnalnya, The 1674 Ambon Tsunami: Extreme Run-Up Caused by an Earthquake-Trigerred Landslide.

Sedangkan laporan yang ditulis oleh Rumphius terangkum dalam website UNESCO dengan judul Summary Notes of Georg Everhard Rumphius, dengan naskah asli berbahasa Belanda dan ditranslasikan oleh E.M. Beekman and Foss pada tahun 1997. Sebuah catatan penting bagi sejarah Indonesia saat ini. Semoga bermanfaat.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak