Tepat 11 tahun yang lalu, musisi besar bangsa Indonesia Franky Sahilatua berpulang. Siapa sangka, musisi yang lagu-lagunya sangat melekat di hati masyarakat Indonesia ini merupakan seorang aktivis buruh migran. Tepatnya pada tahun 2006, Franky Sahilatua diangkat sebagai duta di International Labour Organization (ILO) dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI).
Perjuangannya membela hak-hak kaum buruh seolah menjadi bagian dari pada aktivitasnya sehari-hari selain bermusik. Karya-karyanya yang tak lekang oleh waktu selama bersolo karir, diantaranya adalah Terminal dan Orang Pinggiran yang dibawakan bersama dengan Iwan Fals. Serta lagu berjudul Perahu Retak, yang fenomenal bersama Emha Ainun Najib.
Diantara kita tentu selalu mendengar lantunan lagu-lagu bertema realitas sosial dari ciptaannya. Selama bermusik, Franky Sahilatua juga berkolaborasi dengan sang adik, Jane Sahilatua. Diantara lagu yang berhasil mencuri perhatian publik adalah Lelaki dan Rembulan, serta Perjalanan/Bis Kota. Lagu-lagu yang kerap kali diputar dan terdengan diberbagai sudut kota maupun desa.
Semua mengenal Franky Sahilatua baik dari dekat ataupun dari lagu-lagu ciptaannya. Karakteristik genre yang kuat dan bernafaskan realita memang seolah mampu menjadi sarana penyambung aspirasi masyarakat Indonesia, hingga saat ini.
Pria kelahiran Surabaya pada 16 Agustus 1953 ini memiliki nama lengkap Franky Hubert Sahilatua mengungkapkan kecintaannya kepada dunia musik sejak SMA. Seperti dilansir dalam situs frankynjane.blogspot.com, dari hasil manggung sejak SMA inilah, modal yang dipakai Franky untuk menjajal dunia rekaman di Jakarta.
Franky kemudian berkesempatan menjajal dapur rekaman sejak tahun 1975 dibawah perusahaan rekaman Yukawi. Dengan album perdana Senja di Pantai, yang ia nyanyikan bersama adiknya Jane, beraliran country. Franky dan Jane kemudian berhasil membuat lima belas album dibawah Jackson Record.
Selama tahun 1992 hingga 1993, kebebasan berkreasi menjadi kegelisahan di kalangan seniman. Sebuah masa dimana kritik sosial melalui budaya dan seni dianggap tabu oleh pemerintahan kala itu. Hal ini pada akhirnya mampu mendongkrak kesadaran kritis Franky untuk terus dapat melakukan kritik sosial melalui musik. Karya Dibawah Tiang Bendera lahir bersama para musisi papan atas tanah air.
Tidak hanya berkelana di jalur musik, Franky juga kerap terlibat dalam berbagai aksi-aksi sosial tanah air. Ia pun kerap terlihat turun aksi berdemonstrasi ketika ada isu-isu hangat yang dianggap mempunyai efek negatif bagi persatuan dan kesatuan bangsa. Karya yang paling menarik adalah lagu Aku Mau Presiden Baru dan Jangan Pilih Mereka.
Aksi solidaritasnya dalam menggalang dan bagi korban gempa Jogjakarta bersama musisi dan seniman tanah air, seolah menjadi penutup jalan perjuangan Franky sebagai pejuang sosial Indonesia. Kontribusi yang tentu selalu dikenang bagi lintas generasi melalui berbagai karya-karyanya. Semoga senandung perjuangannya tidak akan lekang oleh zaman.