Rasanya menyebalkan sekali ketika di tahun terakhir SMA-mu, tiba-tiba orang tua ingin memindahkanmu sekolah, ke luar negeri pula. Itulah yang dirasakan Anna. Dia padahal mencintai kehidupannya di Atlanta yang ditemani oleh Sean (adiknya), Bridgette (sahabatnya), dan Toph (gebetannya). Namun, dengan terpaksa Anna harus pindah ke The School of America in Paris atau yang disingkat menjadi SOAP.
Di tengah-tengah keresahan Anna di kamar asramanya, datanglah Meredith yang berbaik hati menggabungkan Anna ke rombongan persahabatannya. Di rombongan itulah Anna bertemu dengan Etienne St. Clair, seorang pemuda tampan, berkarisma, santai, dan sudah memiliki pacar. St. Clair yang notebenenya rendah hati kerap menolong Anna yang kesulitan beradaptasi dengan Paris, seperti membantunya memesan makanan dan mengajaknya mengelilingi Paris.
Ada kesamaan antara Anna dan St. Clair, keduanya sama-sama tak dekat dengan ayah mereka. Bedanya, ketidakdekatan St. Clair dengan sang ayah sudah menjangkau sebuah kebencian. Suatu saat ibunya St. Clair sakit, disaat yang bersamaan Anna menemukan sebuah fakta tentang Toph (gebetannya) yang menyakitinya, mereka pun berbagi cerita dan menjadi dekat, bahkan Anna mulai memanggil St. Clair dengan nama depannya, Etienne.
Anna menyadari dirinya jatuh cinta pada St. Clair. Anna juga sering merasakan perbedaan sikap St. Clair padanya, seperti caranya menatap Anna dan bertutur kata. Namun, mengingat St. Clair memiliki pacar, dan Meredith (sahabat mereka) menaruh hati pada St. Clair, Anna tak bisa melakukan apa-apa.
Lama-kelamaan, kedekatan di antara Anna dan St. Clair mulai tak biasa. Bahkan mereka pernah tidur sebelahan semalaman. Hingga disaat St. Clair mabuk, dia menyatakan dia menyukai Anna. Namun, bagaimana bisa? St. Clair ‘kan sudah punya pacar? Sensasi yang terbentuk di antara Anna dan St. Clair bisa dibilang adalah selingkuh secara emosional.
Suka dalam diam, saingan dengan sahabat, masalah nilai, dan semacamnya. Alur ceritanya bisa dibilang cukup umum, sehingga rasanya tak ada yang spesial dan sukar membuat kita merasa bosan. Juga, Anna sang tokoh utama memiliki karakter yang menurutku naif.
Namun mengingat ini adalah buku remaja, maka semua poin-poin di atas amat dimaklumi. Alur cerita dan karakter para toko di dalamnya memang menggambarkan apa yang terjadi di kalangan remaja sehingga akan mudah bagi kita untuk merasa relate.
Mengingat ini adalah novel ringan, plot twist-nya mungkin memang tak membahana, tetapi konflik-konflik remajanya tetap asik untuk diikuti. Adaptasi yang menegangkan di sekolah baru, kisah cinta Anna dan St. Clair yang ditarik-ulur oleh sang penulis, lalu hubungan persahabatan Anna yang hancur dengan sahabat barunya maupun sahabat lamanya, hingga dibully dan mendapat tuduhan palsu. Sang penulis juga memberikan bonus dengan menyelipkan cerita jalan-jalan di Kota Cinta ini. Novel ini cocok untuk melepas penat dari hari yang berat.