Masa-masa remaja adalah masa di mana taman bunga bermekaran indah dengan segala aroma harum yang menyeruak ke hidung muda-mudi. Hanya di masa remaja, langit begitu cerah menawan dan hujan menjadi ritmik momen mendamaikan.
Apalagi bagi remaja yang di dadanya sedang ditumbuhi benih cinta dan kecambah kasih sayang kepada lain jenis. Remaja yang sudah mengenal cinta, maka semua pandangannya menjadi indah. Apa yang keluar dari pasangannya menjadi kesan yang manis dan romantis.
Kadang kentut kekasihnya pun menjadi seharum buah durian. Bila tidak bertemu barang sesaat, pikiran kacau dihalau rindu yang meronta. Dan saat berjumpa, meski sekadar melihat punggungnya saja, rindu yang berkecamuk seketika tandas.
Di buku kumpulan cerpen berjudul Impian Maya ini, Sam Edy Yuswanto selaku penulis, menghampar banyak kisah, tepatnya 17 cerita, yang kesemuanya perihal kehidupan remaja dengan segala problematikanya. Yang mana, Impian Maya yang diterbitkan oleh Pasific Press Cilacap pada Februari 2019 ini merupakan buku kumpulan cerpennya yang ketiga setelah lahirnya buku Percakapan Kunang-kunang (2017) dan Kiai Amplop (2017). Sayangnya, stok kedua buku tersebut sudah tidak tersedia lagi.
Tujuh belas cerita pendek yang dimuat di dalam buku ini mayoritas telah dipublikasikan di media, baik media cetak atau media online. Seperti di Majalah Potret, Minggu Pagi, Koran Analisa, Majalah Story, Majalah Joe Fiksi, Annida Online, dan Radar Banyumas. Dengan ini, berarti cerita-cerita di buku ini sudah tak diragukan lagi kualitas dan keunggulannya. Sebab, untuk lolos pemuatan di media tidaklah gampang. Hanya cerita yang benar-benar matang dengan konflik yang menendang yang layak dipublikasikan.
Ada beberapa cerita di buku ini yang menarik perhatian saya, di antaranya sebuah cerita yang berjudul Kisah Gadis TKW. Diceritakan bahwa Vivi adalah gadis yang kecantikannya mengagumkan. Ia menjadi primadona di desanya. Wajahnya ayu. Kulitnya kuning langsat. Hidungnya bangir. Bibirnya merah alami tanpa dicemari lipstik. Semenjak lulus SMA ia ingin menjadi TKW di Malaysia. Ibunya pun setengah hati melepas kepergian Vivi untuk merantau ke negeri seberang.
Namun, sesampainya di sana. Malang tak dapat ditolak, Vivi tak dibayar selama setahun. Gajinya sebatas janji. Bahkan, ia dipulangkan paksa ke kampung halaman dengan berbadan dua. Ia dipaksa berkali-kali melayani nafsu bejat majikannya.
Tetapi, saat ibu majikannya tahu bahwa Vivi telah berbadan dua hasil kerjasama dengan bapak majikan, maka ibu majikan itu langsung memulangkan Vivi secara tidak terhormat dengan tuduhan mencuri perhiasan milik ibu majikan dan menjual diri pada sopir hingga hamil. Vivi pulang tanpa membawa gaji sepeser pun, justru ia membawa aib dan penderitaan kepada keluarganya. Dan seterusnya.
Sungguh cerita-cerita di buku ini amat sayang jika dilewatkan. Banyak manfaat yang tersirat dalam setiap kisah. Haru dan menggugah. Layak diacungi jempol dan angkat topi. Salut!