4 Insight Keren dari Buku Who Moved My Cheese, Perluas Zona Nyamanmu!

Ayu Nabila | Rizky Melinda Sari
4 Insight Keren dari Buku Who Moved My Cheese, Perluas Zona Nyamanmu!
Ilustrasi risiko (pexels)

Buku berjudul Who Moved My Cheese karangan Spencer Johnson ini merupakan salah satu karya best seller yang wajib dibaca setidaknya sekali dalam seumur hidup. Buku ini mengajak pembaca untuk mengenali cara jitu menghadapi lika-liku perubahan dalam kehidupan dan pekerjaan.

Salah satu kata-kata yang ada di sampul belakang yang cukup mewakili keseluruhan isi cerita ini yaitu "Tentu akan sangat mudah kalau Anda punya peta labirin, kalau segalanya berjalan rutin, kalau tidak ada yang memindah-mindahkan cheese-nya. Sayangnya, segala hal tidak ada yang tidak berubah." Makna cheese di sini adalah sesuatu yang ingin kita capai, target kita, tujuan kita, atau sesuatu yang selama ini kita cari.

Ada banyak sekali insight yang bisa kita pelajari dari cerita yang ada di buku dengan jumlah halaman tidak lebih dari 130 halaman ini. Diwakilkan oleh empat tokoh utama yang terdiri dari dua ekor tikus dan dua orang kurcaci sebesar tikus dengan penampilan seperti manusia pada umumnya. Mereka adalah Sniff dan Scurry, serta Hem dan Haw. 

Beberapa pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah para tokoh ini bisa disimak pada poin-poin berikut.

1. Berani memperluas comfort zone

Salah satu permasalahan terbesar manusia untuk berkembang adalah keengganan untuk keluar dari comfort zone atau zona nyaman, sama seperti tokoh Hem dan Haw dalam cerita ini. Mereka berdua terus-menerus mendatangi tempat yang sama untuk mengambil cheese, hingga tanpa mereka sadari, persediaan cheese tersebut habis begitu saja.

Mereka tetap tidak berniat untuk mencari tempat lain. Berbeda dengan Sniff dan Scurry, sua ekor tikus yang langsung bergerak mencari lokasi tempat penyimpanan cheese yang baru.

2. Bergerak dengan cepat

Sifat lainnya yang ditunjukkan oleh Hem dan Haw yang cukup mewakili sifat manusia pada umumnya dalah kebiasaan terlalu memikirkan risiko, berhitung terlalu jauh, hingga akhirnya tidak berani mengambil keputusan dan mulai melangkah.

Mereka terlalu terbelenggu pada risiko kegagalan, sehingga mereka hanya jalan di tempat. Berbeda dengan Sniff dan Scurry, mereka tidak perlu pikir panjang dan justru langsung bergerak cepat tanpa memikirkan risiko berlarut-larut.

3. Tidak menyerahkan kegagalan pada keadaan

Kebiasaan manusia lainnya yang sering dilakukan adalah kebiasaan menyalahkan keadaan ketika kita dihadapkan pada sebuah permasalahan atau kegagalan.

Begitu juga dengan Hem dan Haw, mereka merasa keadaanlah yang menyebabkan cheese di tempat biasa mereka mengambil sudah habis tanpa tersisa. Berbeda dengan Sniff dan Scurry, mereka tidak tertarik untuk berpikir jauh hingga menyalahkan keadaan.

4. Memperhatikan perubahan-perubahan kecil

Sikap lainnya yang perlu kita contoh dari Sniff dan Scurry adalah kebiasaan senang memperhatikan perubahan-perubahan kecil. Hal ini terlihat di dalam cerita dari cara mereka beruda selalu mengira-ngira kapan persediaan cheese di tempat itu akan habis, lantas mereka segera mencari lokasi baru sebagai cadangan.

Berbeda dengan Hem dan Haw yang terlalu terlena dengan keadaan, sampai tidak menyadari bahwa cheese yang terus diambil lama-kelamaan akan habis.

Itulah empat pelajaran berharga yang bisa kita petik dari buku berjudul Who Moved My Cheese. Untuk lebih mengetahui karakter masing-masing tokoh serta cerita lengkapnya, kamu bisa membacanya langsung. Selamat membaca!

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak