Ulasan Buku Menjelang Hidayah, Bahaya Sifat Dengki dan Iri Hati

Hikmawan Firdaus | Sam Edy Yuswanto
Ulasan Buku Menjelang Hidayah, Bahaya Sifat Dengki dan Iri Hati
Buku "Menjelang Hidayah".[Dokumen pribadi/ Sam Edy]

Menjauhi sifat tercela mungkin terasa sangat berat. Karena sifat-sifat tersebut kadang muncul begitu saja dan menggoda jiwa manusia. Misalnya, iri dan dengki. Semua orang saya yakin mengetahui sifat tersebut tidaklah baik. Tetapi kita tidak tahu, suatu hari sifat tersebut bisa saja merongrong jiwa kita saat ada orang lain mendapat limpahan karunianya.

Contoh kecil, saat ada saudara atau tetangga mendapatkan rezeki yang lebih banyak dari hari-hari biasa, tiba-tiba terbersit rasa iri dan dengki dalam hati. Tiba-tiba kita merasa ingin agar rezeki itu hilang darinya dan beralih kepada kita. Sifat semacam ini tentu tidak baik dan mestinya sekuat tenaga kita enyahkan dari dalam hati.

Bicara tentang sifat dengki, dalam buku Menjelang Hidayah diuraikan bahwa sifat dengki (hasad) berasal dari kekikiran; orang yang kikir ialah orang yang tak sudi membagi miliknya dengan orang lain; orang yang dengki ialah orang yang tak senang melihat hamba-hamba Allah Swt. dikaruniai oleh Allah Swt.—dengan demikian kekikirannya lebih kuat; orang yang dengki ialah orang yang merasa sakit hati bila Allah Swt. mengaruniai salah seorang hamba-Nya kenikmatan yang berupa ilmu, harta, atau dia menjadi dicintai oleh orang-orang, atau nasib baik. Si dengki ingin agar kenikmatan itu sirna darinya, meski dia sendiri takkan memperoleh keuntungan apa pun dari sirnanya kenikmatan itu—inilah inti kejahatan.

Sifat tercela yang mestinya dihindari lainnya ialah pongah. Dalam buku Menjelang Hidayah dijelaskan, kepongahan ialah memandang diri sebagai mulia dan besar. Inilah penyakit parah jiwa. Mental semacam ini tampak pada perkataannya, “Aku adalah ini, aku adalah itu”, sebagaimana iblis terkutuk berkata, “Aku lebih baik daripada dia (yakni Adam), karena Dikau telah menciptakan aku dari api dan menciptakan dia dari tanah” (lihat Al-Bukhari, Shahih, Khumus, 10; Muslim, Shahih, Imara, 149; An-Nasai, Sunan, Jihad, 21).

Bila bergaul dengan orang, maka si pongah senantiasa memuliakan diri dan senantiasa berupaya agar unggul dalam pembicaraan, dan melecehkan mereka yang tak sepaham dengannya. Orang pongah ialah orang yang, bila dia memberi nasihat, memalukan, namun bila dia dinasihati, dia bersifat kasar (Menjelang Hidayah, halaman 157).

Semoga dengan membaca buku Menjelang Hidayah karya Al-Ghazali (terbitan Mizan, 2017) ini dapat menambah wawasan kita tentang sifat-sifat tercela yang seharusnya dihindari sejauh mungkin, agar kita bisa termasuk orang-orang yang mendapatkan keberuntungan dan kebahagiaan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak