Realitas Pahit Perempuan Korban Perceraian, Ulasan Cerita Janda Muda

Hernawan | Thomas Utomo
Realitas Pahit Perempuan Korban Perceraian, Ulasan Cerita Janda Muda
Buku Janda Muda (Dokumentasi pribadi/ Thomas Utomo)

Janda Muda merupakan kumpulan cerpen karya Nh. Dini. Sebelumnya terbit di bawah judul Segi dan Garis (Pustaka Jaya, 1983). Kemudian diterbitkan ulang oleh Grasindo (2003) dengan judul sekarang. Sedangkan yang diulas ini adalah terbitan teranyar oleh Pustaka Jaya (lagi).

Sekadar trivia, kumpulan cerpen ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul Young Divorce. Sesuai judul sampul, Janda Muda mengetengahkan kisah perempuan yang terpaksa menyandang status janda di usia muda.

Adalah Warsiah, bungsu dari lima bersaudara. Secara fisik, dia paling menawan dibandingkan keempat saudara terdahulu. Secara pendidikan, dia paling tinggi karena menempuh SPG (Sekolah Pendidikan Guru, jenjang ini sekarang sudah tidak ada). Tidak cukup sampai di situ, Warsiah yang cemerlang di bidang pendidikan, juga bersemangat meneruskan kuliah tingkat sarjana muda sembari memperdalam bahasa Inggris lewat kursus.

Sementara itu, selulus SPG, dia mendapat ikatan dinas, mengajar menjadi guru di sekolah desa. Di luar kebahagiaan keluarga dengan kenyataan tersebut, orang tua Warsiah diam-diam menyimpan was-was. Akan dengan siapa anak gadisnya yang molek berumah tangga? Satu per satu pemuda di desa dicari, diselidiki. Tak satu pun cocok dengan Warsiah, menurut ukuran sang bapak.

Hingga suatu ketika, ada perbaikan jembatan dengan konstruksi modern, dikerjakan ahli-ahli dari kota. Satu di antaranya ada pemuda mahasiswa asal desa itu.

Bapak Warsiah terpikat. Dia berharap pemuda itu akan berjodoh dengan anak bungsunya. Segera dia menemui ayah si pemuda. Dirundingkan dan dicari jalan supaya Warsiah dan pemuda dapat bertemu dilanjut berkenalan.

Lewat pertolongan keluarga, Warsiah dan pemuda (yang sampai akhir cerita tidak disebutkan namanya) berkenalan dan kerap bepergian berdua.

Secara lahiriah, pemuda yang dijodoh-jodohkan dengan Warsiah, tampan dan bertubuh tegap. Secara kepribadian, Warsiah tidak tahu. Yang dia tahu, pemuda itu suka membelai dan menggerayangi tubuhnya di kala berduaan di tempat sepi.

Sesuai kesepakatan orang tua, akhirnya, perhelatan perkawinan digelar. Penyelenggaraannya besar-besaran, menghabiskan keuntungan panen padi musim itu dan utang panen masa mendatang.

Dari masa perkawinan, Warsiah mencoba mencintai pemuda yang masih menempuh studi akhir di jenjang perkuliahan itu.

Beberapa bulan setelah kawin, pemuda itu kembali ke kampus, merampungkan studi. Namun berbilang waktu, kabarnya lenyap seiring surat-surat tak terbalas.

Mertua laki-laki Warsiah memutuskan menyusul. Kemudian hari ketahuanlah kalau anak kebanggaannya telah berumah tangga sebelum mengawini Warsiah dan beranak satu.

Warsiah menolak jadi istri kedua. Dia memilih bercerai kendati orang tua membujuk-bujuknya.

Dengan status baru sebagai janda muda, selanjutnya, Warsiah kerap dipandang sebelah mata. Apalagi karena status tersebut disandang dari hasil perceraian. Akan beda jika janda karena ditinggal mati.

Melalui cerita ini, Nh. Dini hendak menggambarkan betapa ketidakadilan yang dialami perempuan-perempuan muda yang terpaksa menjadi janda. Asal muasal kesalahan di pihak laki-laki atau suami. Tapi mengapa kesalahan dan serba tudingan maupun gunjingan selalu menimpa perempuan?

Di kemudian hari, Nh. Dini mengembangkan cerita ini menjadi novel bertajuk Jalan Bandungan (cetakan pertama, 1989).

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak