Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata jomblo berasal dari kata jomlo. Apa sih jomlo itu? Ternyata kata jomlo berasal dari bahasa Sunda yang sudah dibakukan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jomlo memiliki arti negatif dari gadis tua. Namun seiring perkembangan zaman, jomblo sendiri tak hanya untuk perempuan melainkan untuk laki-laki juga.
Buku Filosofi Jomblo ini memuat beberapa esai-esai ringan dengan berbagai penulis yang mempunyai latar belakang berbeda. Sehingga, uraian yang termaktub di buku ini dapat disederhanakan menjadi beberapa kategori.
Pertama; Jomblo Kadarluarsa, tipe seperti ini biasanya suka pilah-pilih dan selalu plin plan dalam menentukan, si Vita kurang cantik, meskipun cantik relatif, Si Ulfa terlalu agresif dan si Laila selalu pendiam, padahal apabila sudah menikah akan berasumsi; jika rasanya sama (dalam tanda kutip). Yang rasannya adalah seni sensasinya. Lha kategori seperti ini biasanya nyampe kapan pun tak akan menemukan cintanya. (halaman 22)
Kedua, Jomblo Karbitan, sering di alami oleh para play boy dan play girl ketika lagi sedang bersama dengan kekasihnya seakan setianya minta ampun. Padahal di lain hari dan lain waktu, kalau ada kesempatan. Ia akan memberikan pengumuman atau memberi kesempatan kepada setiap orang yang berada di sekelilingnya untuk memberikan harapan semu-jemu.
Ketiga, Jomblo Turunan, mulai sejak balita hingga dewasa jomblo katagori ini seperti mendapat didikan ketat dari orang tuanya apabila merasakan cinta belum waktunya sama halnya dengan melanggar norma. Jadi cinta itu boleh datang dan berkembang ketika sudah menikah. Akan tetapi, asihan juga orang seperti ini cintanya hanya hitam putih saja
Selanjutnya Jomblo Jatuh tempo, yang masuk katagori ini adalah mereka yang pendidikannya terlalu tinggi. Jadi ketika memilih pasangan harus sesuai idealisnya, pilihannya harus memenuhi hukum gravitasi dalam urusan berjalan di atas catwalk dan kontur tubuhnya tak jauh berbeda dengan gitar Spanyol. Padahal tuntutan masyarakat sekitar mengharuskan secepatnya merubah statusnya di KTP dari belum kawin menjadi kawin.
Pada hakikatnya ke-filosofi-an jomblo dapat kita perhatikan dan kita pelajari melalui pengamatan dengan teman sebaya, kenapa dia lebih memilih sendiri atau karena kurang percaya diri dalam urusan asmara. Padahal telah banyak yang membulinya, sandal saja berpasangan, truk saja bergandengan masak kamu tidak? (halaman 77)
Pada hakikatnya menjadi jomblo adalah sebuah pilihan, menjadi jomblo adalah bentuk jalan hidup ketidakmampuan dalam ber-sok-sial, ber sosial maksudnya dengan lingkungan sekitar. Para penganut madzhab jomblo adalah orang yang sangat mandiri dalam segala hal, mulai makan, minum, mandi, tidur, belajar dilakukan sendirian tak ada kata berbagi.