Geliat Cerita Menjelang Keruntuhan Orde Baru, Ulasan Buku Sembilan Mata Hati

Hayuning Ratri Hapsari | Thomas Utomo
Geliat Cerita Menjelang Keruntuhan Orde Baru, Ulasan Buku Sembilan Mata Hati
Sembilan Mata Hati (Dokumentasi pribadi/ Thomas Utomo)

Seperti namanya, Sembilan Mata Hati memuat cerpen-cerpen karya sembilan penulis muslim dan muslimah. Kesembilan penulis tersebut adalah Ahmad Mabruri M.A., Dian Yasmina Fajri, Dewi Fitri Lestari, Dwi Septiawati, Haula Rosdiana, Helvy Tiana Rosa, Inayati, Ifa Avianty, dan Meutia Geumala.

Cerpen-cerpen dalam buku ini, sebelumnya, telah dimuat di majalah Annida rentang 1992 sampai dengan 1998. Cerpen-cerpen tersebut sarat akan nilai dan wawasan kemanusiaan yang khas namun tetap universal sehingga dapat pula dibaca kalangan di luar Islam.

Cerpen-cerpen tersebut juga mengusung topik yang beragam dan menyentuh semua sisi kehidupan, utamanya memaparkan kehidupan menjelang keruntuhan Orde Baru

Topik-topik yang dimaksud adalah perihal kelaparan (Sepotong Singkong), jurang sosial (Menanam Tak Empat Menuai, Doug dan Remmington, Perhiasan Intan), anak jalanan (Vanesaa la Meninos de Rua), problematika buruh (Hari-Hari Ning), pergulatan moralitas di kalangan remaja (Selamanya Cinta, Bakauheni Merak, Masa Lalu Irin, Sekeping Hati Milik Tumirah, Vimla), kedustaan dan tipudaya di sekitar kita (Apapun yang Terjadi), pemutusan hubungan kerja (Sampah Pehaka), gonjang-ganjing demo mahasiswa 1998 (Catatan Pita Hitam), kasus DOM Aceh (Jaring-Jaring Merah), dan citra Indonesia di mata dunia (Sehangat Mentari di Olympia).

Dari cerpen-cerpen yang ada, barangkali Catatan Pita Hitam adalah cerpen yang paling gamblang menggambarkan pergulatan waktu menjelang keruntuhan rezim Soeharto. 

Dalam cerpen, digambarkan perjuangan Herman dan teman-teman mahasiswa menuntut turunnya diktator militeristik tersebut. Herman sendiri adalah mualaf keturunan Tionghoa. Keluarganya punya usaha toko kelontong. 

Ketika kerusuhan pecah, bidang usaha keluarganya tidak luput dari serangan massa. Toko kelontong itu dijarah dan dibakar. Syukur, papa dan mamanya lolos dari sergapan maut.

Di tempat berbeda, Herman dan kawan-kawan mengalami berbagai musibah, mulai dari serangan aparat hingga tembakan yang menewaskan sejumlah pemuda. 

Cerpen Catatan Pita Hitam ditulis menggunakan gaya catatan harian. Alurnya lurus, tekniknya konvensional, dengan penggambaran realistik. Namun yang jelas, cerpen ini dan cerpen-cerpen lain, penuh informasi kontekstual. Isinya tidak sekadar menghibur, tetapi juga bermuatan didaktik, bertanggung jawab, serta memberi kekayaan batin kepada pembaca.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak