Pandemi Covid-19 yang melanda belakangan ini membawa kemerosotan pada berbagai bidang di Indonesia, salah satunya pendidikan. Demi mendorong pemulihan di bidang pendidikan Kemendikbudristek mengeluarkan beberapa kebijakan dan salah satunya adalah kebijakan membebaskan sekolah untuk memilih kurikulum yang akan digunakan pada tahun ajaran baru. Untuk tahun ajaran baru 2022 hingga 2024, Kemendikbudristek memberikan 3 pilihan kurikulum kepada sekolah. Kurikulum yang dijadikan pilihan adalah kurikulum 2013, kurikulum darurat dan kurikulum prototipe.
Kurikulum prototipe adalah kurikulum yang pembelajarannya berbasis proyek ( Project Based Learning ). Karakteristik khusus kurikulum prototipe adalah: proses kegiatan belajar dibuat berdasarkan projek untuk mengembangkan potensi keahlian khusus siswa dengan tetap mengedepankan karakter individu siswa. Pihak sekolah dan guru dapat lebih leluasa dalam memberikan pelajaran ke siswa karena dapat memberikan proyek sesuai dengan kemampuan para siswa. Dalam kurikulum prototipe ada 3 karakter khusus, yaitu:
1. Pengembangan keterampilan softskills
Keterampilan softskills adalah perkembangan kemampuan dengan EQ dan berkaitan dengan kemampuan bersosialisasi para siswa. Pada kurikulum prototipe, siswa tidak hanya diajarkan keterampilan yang berkaitan dengan bidang yang ditekuni siswa, akan tetapi para siswa juga dapat diajarkan keterampilan lintas minat.
2. Fokus pada materi – mater yang penting (esensial)
Dengan di fokuskannya pembelajaran materi-materi yang esensial, maka akan ada waktu yang cukup untuk pembelajaran kompetensi dasar, seperti literasi dan numerasi. Pada jenjang SMA jurusan – juran Seperti IPA, IPS dan Bahasa akan dihapus. Para siswa dibebaskan dalam memilih mata pelajaran sesuai dengan minatnya, karena kurikulum prototipe didasarkan untuk mengedepankan pengembangan karakter dan kompetensi esensial siswa.
3. Fleksibel bagi guru
Dalam pembelajaran guru dapat memberikan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki para siswa. Hal ini ditujukan agar pembelajaran yang ada sesuai dengan kemampuan murid dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Pada kurikulim prototipe, perencanaan kurikulum bagi sekolah dapat diatur dengan cara yang lebih fleksibel. Tujuan belajarnya ditetapkan per fase, yakni dua hingga tiga tahun, untuk memberi fleksibilitas bagi guru dan sekolah.