Kanker adalah termasuk jenis penyakit yang ditakuti oleh banyak orang. Kanker sebenarnya bisa diobati dan pengidapnya bisa sembuh asalkan mendapatkan pengobatan dan penanganan yang tepat. Tak hanya kanker, setiap penyakit pada hakikatnya bisa sembuh atas kuasa-Nya.
Dalam buku Catatan Hati Pejuang Kanker, Bambang Suryono menjelaskan, saat ini, di Tiongkok dan Indonesia, penyakit kanker merupakan penyakit yang paling menakutkan. Setiap kali orang membicarakan kanker, wajah mereka langsung berubah. Mimik wajah langsung menjadi serius dan penuh kekhawatiran. Sebenarnya kanker adalah penyakit yang bisa diobati, hanya saja harus menemukan metode yang tepat.
Pemerintah Indonesia sendiri sudah jauh-jauh hari bertekad menekan angka terjadinya kanker. Sebab prevalensi kanker di Indonesia juga sangat tinggi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 2013 menyebutkan bahwa 1,4 per 1.000 penduduk terkena kanker. Kanker serviks dan payudara merupakan jenis kanker dengan prevalensi tertinggi di negeri ini (halaman xviii).
Selain mengurai secara singkat tentang penyakit kanker, dalam buku Catatan Hati Pejuang Kanker karya Priska Siagian ini juga diungkap kisah sembilan perempuan yang mengidap kanker dengan segala suka-dukanya.
Menurut Bambang Suryono, kesembilan pejuang kanker perempuan di buku ini menunjukkan bagaimana memiliki tekad kuat dan pikiran yang positif dapat membantu mereka memenangi pertarungan dengan kanker. Mereka menemukan arti kehidupan yang hakiki dengan memenangkan pertarungan terhadap kanker.
Machditiari adalah salah satu perempuan yang pernah mengidap kanker lidah yang dikisahkan dalam buku ini. Awalnya, ia merasa terserang sariawan, tapi ternyata tak kunjung sembuh. Bahkan sudah hampir setahun sariawan tersebut masih bersarang di bawah lidah. Bersama Tasya, salah satu putrinya yang berprofesi dokter, ia pun mendatangi seorang dokter bedah terbaik di Jakarta. Setelah diperiksa, dokter tersebut menjelaskan:
“Ukurannya sudah terlalu besar, jadi sulit dibiopsi, lebih baik langsung dioperasi,” ucap dokter bedah itu sambil menjelaskan operasi akan memotong hampir setengah sisi kiri lidahnya. Ini untuk memastikan lidahnya bersih dari ‘benda asing’ itu.
Karena tak mau memotong lidah, ia pun mencoba mencari pengobatan terbaik. Akhirnya, bersama keluarganya ia berobat ke Cina. Di sana ia mendapatkan pengobatan tanpa memotong lidah, hanya mengikis benjolannya saja. Setelah melewati sederet proses pengobatan yang terasa begitu melelahkan, kanker lidah yang ia idap pun sembuh.
Perempuan pengidap kanker berikutnya yang dikisahkan dalam buku ini adalah Yohana. Ia divonis kanker payudara. Sebagai seorang dokter, Yohana hafal betul bagaimana cara menangani kanker, tapi ketika suatu hari ia sendiri yang terkena penyakit menakutkan itu ia pun seolah ingin menolaknya, “Kok gue sih?” Kisah Yohana yang penuh liku dalam menghadapi kanker payudara hingga sembuh bisa dibaca dalam buku ini.
Kisah sembilan perempuan pejuang kanker dalam buku terbitan Gramedia (2016) ini semoga dapat menjadi bacaan yang menghibur, memotivasi, dan menginspirasi para pembaca, khususnya mereka yang tengah berjuang melawan penyakitnya. Semoga ulasan buku ini bermanfaat.