Ada sebuah kisah menarik yang bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi lelaki, agar berusaha menghormati dan memuliakan wanita, terlebih istrinya dengan segala kekurangan dan kelebihannya.
Kisah tersebut saya temukan dalam cerita pendek (cerpen) berjudul “Pernah Luka” karya Justang Zealotous. Cerpen tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak cerpen yang termuat dalam buku antologi berjudul Kisah-Kisah yang Sempurna di Kepala Jumiran terbitan UNSA Press, ditulis oleh Farizal Sikumbang, dkk.
Kisah bermula ketika Lastri harus mendekam di jeruji besi gara-gara melakukan sebuah pembunuhan. Ya, Lastri memutuskan untuk membunuh seorang lelaki bernama Lukman, yang adalah suaminya sendiri.
Lastri merasa sangat kecewa dengan Lukman, karena dia tega berpaling pada wanita lain. Padahal ia berpikir bahwa suaminya adalah lelaki paling setia. Berikut ini saya kutip bagian cerita dalam cerpen tersebut:
Kami menikah sebelas tahun dan bukanlah waktu yang singkat. Aku pikir dia lelaki yang paling setia dengan hidup bersamaku tanpa anak dan tanpa harta yang melimpah selama bertahun-tahun. Dan aku pikir, betapa beruntungnya memiliki suami seperti dia, betapa bahagianya rumah tangga kami yang tiap hari hanya dihiasi oleh nyanyian burung atau percikan kolam kecil di depan rumah tanpa memedulikan lolongan anjing di luar sana.
Tapi, aku salah. Suami yang benar-benar setia dan akan hidup bersama istrinya tanpa memikirkan hal lain hanya ada di negeri dongeng.
Baiklah, dia menikahi perempuan itu karena, mungkin saja, keinginannya yang sudah sangat membuncah untuk meminang anak, dan dia berhasil mendapatkannya dari rahim perempuan itu. Tapi, kenapa dia tidak mengatakannya secara jujur padaku? Kenapa dia menyembunyikannya bertahun-tahun dan masih bersikap seolah makhluk paling setia di muka bumi? Aku tidak cukup gila untuk tidak dihargai sebagai seorang perempuan.
Maka, kukatakan sekali lagi, apa yang salah dengan membunuh seorang anjing?
Singkat cerita, Lastri pun dipenjara atas perbuatannya. Setelah lima belas tahun dipenjara, ia keluar dan pulang kembali ke rumah orangtuanya yang sudah tak terawat. Maklum saja, sebab ayah dan ibunya sudah meninggal dunia. Ia berusaha menjalani kehidupan baru, membersihkan rumah dan membuka warung aneka kebutuhan sehari-hari.
Hingga pada suatu hari, datang seorang wanita yang mengaku bernama Halijah. Ia adalah istri Lukman yang hidup di kota. Halijah datang bersama Sudirman, kakak lelakinya. Lastri tak sudi menerima perempuan itu masuk ke dalam rumahnya. Ia segera tergesa masuk dan mengunci pintu. Esok dan esoknya lagi, perempuan itu tetap datang tapi Lastri enggan menemui.
Bahkan ketika kakaknya datang sendiri untuk mengabarkan bahwa Halijah sakit, ia tak peduli. Lastri baru berlapang dada menerima kedatangan Sudirman dan menyuruhnya masuk ke dalam rumah ketika mengetahui Halijah telah meninggal dunia. Di sanalah semuanya terkuak. Sudirman bercerita panjang lebar. Ternyata Lukman telah membuat sebuah kebohongan. Saat menikahi Halijah, Lukman mengaku tak beristri alias masih lajang.
Kisah tentang Lastri dan Halijah yang sama-sama dibohongi oleh pria yang sama, menyiratkan pesan berharga kepada para lelaki agar berusaha menghormati dan memuliakan kaum wanita.