Menurut saya, buku ini luar biasa bagus dan terbilang komplit. Di samping memuat usaha-usaha ingin cepat hamil, seperti konsultasi ke dokter dan mencoba terapi herbal, buku yang ditulis oleh lulusan apoteker Universitas Airlangga, Surabaya, ini juga dilengkapi dengan amalan selama program hamil serta tips menghadapi rekan, saudara dan tetangga yang bertanya, “kapan hamil?”, sehingga pesan yang terselip di sampul buku ini tertulis, “Tolong, jangan tanya kapan aku hamil, tapi doakan kami segera mendapat buah hati mungil.”
Memiliki buah hati, terutama dengan mengandung sendiri dan melahirkannya merupakan hal yang diidamkan hampir setiap perempuan dewasa yang sudah menikah. Selain dorongan naluriah perempuan untuk merawat, mengasuh, dan mendidik bayi yang dititipkan padanya, juga memiliki dan mengasuh anak seolah adalah penegasan bagi “kewanitaan” seseorang yang sering membuat banyak perempuan menjadi cemas ketika anak yang diharapkan itu tidak segera hadir.
Menikah lalu mempunyai buah hati menjadi impian banyak pasangan di dunia ini. Harapan dan bayangan warna-warni kehidupan bahagia setelah hadirnya sang buah hati kerap kali dijadikan sebuah standar pernikahan bahagia. Namun, kita harus menyadari, bahwa buah hati adalah hak dari Allah. Kita bahkan tidak tahu kapan kita akan dikaruniai titipan bernama buah hati. Tetapi, harus tetap yakin bahwa Allah sedang menyiapkan yang terbaik untuk kita.
Buku ini bersifat sharing pengalaman selama usaha menjemput hadirnya buah hati. Ditulis dengan based on true story, yang disertai dengan cerita-cerita unik. Dari bab 1 sampai bab 6, buku ini menceritakan lika-liku awal pernikahan penulis (Vety Fakhrudin) bersama sang suami, sehingga keduanya mulai merasa kurang lengkap hidupnya tanpa kehadiran buah hati. Bab 7 sampai bab 11, berisi tentang harapan yang tak seindah kenyataan. Keduanya dihadapkan pada episode-episode hati yang mulai terasa diaduk-aduk sebagai kejenuhan atas usaha yang tak kunjung membuahkan hasil.
Bab 12 sampai bab 15 berisi instropeksi atas kekurangan diri penulis juga suaminya. Mengoreksi diri dengan memperbaiki apa saja yang kurang pada dirinya. Lalu, bab 16 sampai bab 18 menceritakan tentang pengalaman kehamilan yang selama ini dinantikan sekaligus menyadari proses penantian hadirnya buah hati yang cukup menguras jiwa dan perasaan. Pada bab 19 sampai dengan bab 21, penulis mengisahkan hikmah dari perjalanan penantian buah hati. Dan pada bab 20, ia menambahkan untaian curhatan sahabat-sahabatnya yang juga dalam penantian sang buah hati.
Tips dari penulis yang selalu saya ingat, sebagaimana kutipan berikut:
Allah paling tahu apa yang sedang dibutuhkan oleh umat-Nya. Kita cukup berikhtiar di jalan Allah. Berusaha dan serahkan hasilnya kepada Allah. Seperti salah satu slogan saya selama ini, keep try, pray, and smile. Terus berusaha, berdoa, dan selalu tersenyum (halaman 201).