Saya yakin, umat Islam tentu sangat akrab dengan kisah tentang Raja Fir’aun yang terkenal zalim atau semena-mena kepada rakyatnya. Tak hanya itu, dia bahkan mendakwa dirinya sebagai tuhan. Kisah tentang Raja Fir’aun terabadikan dalam kitab suci Al-Qur’an.
Buku berjudul “Sejarah Fir’aun dalam Al-Qur’an” berusaha mengungkap kisah Raja Fir’aun yang penting kita ketahui dan ambil hikmahnya. Buku ini merupakan karya Drs. M. Yahya Harun, hanya setebal 38 halaman dan diterbitkan oleh CV. Bina Usaha Yogyakarta tahun 1985.
Terbitnya buku ini sebagai upaya memaparkan secara singkat perihal Fir’aun yang konotasinya banyak diarahkan kepada figur dan kepribadiannya yang berangkat dari nas-nas Al-Qur’an. Memang dengan mengetengahkan figur dan kepribadian memancing asumsi kita untuk berkesimpulan bahwa Fir’aun itu sebenarnya hanya merupakan cermin yang bisa kita lihat pada setiap kurun kehidupan manusia. Hanya saja teknis penampilannya barangkali yang sudah banyak berbeda, namun esensinya itu-itu juga. Di sini membuktikan bahwa Al-Qur’an tak pernah bahkan selamanya tidak akan meleset terhadap janjinya (halaman iii).
M. Yahya Harun menjelaskan, kata ‘Fir’aun yang terdapat dalam Al-Qur’an merupakan gelar bagi para raja pada zaman kerajaan Mesir Kuno, seperti halnya gelar Kaisar untuk kerajaan Romawi atau gelar Kisra untuk kerajaan Persia atau Hamengkubuwono untuk gelar keraton Yogyakarta. Sejarah Fi’raun di dalam Al-Qur’an hanya merupakan sebagian dari kisah-kisah yang lainnya, namun tidak ada disebutkan secara eksplisit: siapa sebenarnya yang dimaksudkan dengan Raja Fir’aun itu; meskipun satu kali, misalnya. Karenanya, hal ini telah mendorong penulis untuk mencari jawabnya.
Satu-satunya keterangan yang sering kita dengar, bahwa sejarah Fir’aun selalu dihubungkan dengan kisah Nabi Musa a.s. atau kisah Nabi Harun a.s. Hal ini menunjukkan, Fir’aun yang dimaksud adalah Fir’aun yang hidup pada masa kedua nabi tersebut. Meski demikian pertanyaan lain muncul: mengapa kata Fir’aun itu selalu diulang dalam berbagai surat Al-Qur’an? Adakah ia memiliki rahasia atau hikmah di balik semuanya itu? (halaman 1).
M. Yahya Harun membeberkan, sejarah Fir’aun ini terutama bertemakan tentang sifat-sifat dan kepribadiannya yang tidak terpuji yang menganggap dirinya sebagai penguasa tunggal, bahkan ia mengaku sebagau tuhan. Misalnya dapat dilihat dalam surat-surat Al-A’raf: 103-141, Al-Naml: 6-14, Al-Qashash: 3-38, Al-Mu’min: 21-46, Al-Zukhruf: 46-56, dan lain-lain.
Terbitnya buku ini semoga bisa membantu umat Islam yang belum begitu mengenal tentang kisah Raja Fir’aun. Semoga dengan membaca kisahnya, kita dapat mengambil pelajaran berharga darinya. Semoga kita dijauhkan dari sifat-sifat tercela yang dimiliki oleh Raja Fir’aun.