Ulasan Novel Tulisan Sastra: Kolase Kehidupan yang Penuh Warna

Candra Kartiko | Rizky Melinda Sari
Ulasan Novel Tulisan Sastra: Kolase Kehidupan yang Penuh Warna
Cover Tulisan Sastra (twitter/@cimitinjun)

Sebuah kisah yang menawarkan berbagai kesan. Bagi para NCTzen, apalagi penggemar cerita sedih atau bahasa kekiniannya adalah angst, pasti tidak asing lagi dengan cerita yang satu ini. Mulai dari Wattpad hingga versi cetak, banyak para pembaca yang mengaku terhanyut dalam kisahnya.

IDENTITAS BUKU:

Judul Buku: Tulisan Sastra

Penulis: Tenderlova 

Penerbit: Penerbit LovRinz

Jumlah Halaman: 345 Halaman

ULASAN LENGKAP

"Kalau rasanya capek kerja keras, capek menghadapi masalah-masalah hidup, ya istirahat. Istigfar, bukannya ngeluh. Mengeluh nggak akan menyelesaikan apapun, Sastra". —Pak Suyadi, hal. 14

Kutipan di atas hanyalah satu dari sekian banyak kutipan memorable lainnya dari sosok kepala keluarga sekaligus Bapak bagi tujuh orang bersaudara yang sangat luar biasa. Sayangnya, Pak Suyadi sudah pergi terlebih dulu meninggalkan seorang istri serta ketujuh anaknya yang hebat.

Tulisan Sastra, bagi sebagian besar penggemar cerita sedih (bahasa sekarang angst) pasti tidak asing dengan karya Tenderlova yang satu ini. Sosok Sastra yang terlalu unik dan mampu membuat pembaca jatuh hati memang terlalu sayang jika dilewatkan begitu saja. Terlepas dari siapapun face claim-nya, tokoh Sastra memang mengajarkan banyak sekali hal-hal berharga mengenai hidup.

Menceritakan tentang keseharian Sastra beserta ketujuh saudara dan ibunya yang tinggal dalam satu atap. Ketujuh saudara anak Pak Suyadi ini memiliki karakter dan keunikan masing-masing. Mulai dari Bang Tama si sulung hingga Jaya si bungsu. Sastra sendiri ditakdirkan untuk menjadi anak tengah alias anak kelima.

Kocaknya dapat, sedihnya apalagi. Sepanjang membaca Tulisan Sastra, aku dibuat tertawa, tertegun, tersentuh, ikut rindu Pak Suyadi, gemas dengan tingkah Rinso-Soleh-Molto, dan akhirnya ikut belajar menerima kehilangan sekalipun itu bukan perkara mudah. Bacalah buku ini jika kamu ingin belajar arti mencintai dengan tulus, menyayangi tanpa syarat. Sekalipun dikatai budak cinta, Sastra tetap maju untuk mendapatkan hati Sahara. Sekalipun begitu menyakitkan, ibu Sastra tetap mau memaafkan Jeffery, orang yang telah merenggut kebahagiannya.

Secara teknis, kekurangan buku ini terletak pada adanya beberapa kata yang tidak sesuai dengan KBBI dan PUEBI. Namun, secara keseluruhan hal ini tidak terlalu mengganggu alur cerita sehingga pesan dan kesan yang ingin disampaikan penulis tetap bisa ditangkap oleh para pembaca.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak