Buku Maafkan Tuhan, Saya Pernah Pacaran: Memahami Makna Cinta dalam Islam

Hikmawan Firdaus | Sapta Stori
Buku Maafkan Tuhan, Saya Pernah Pacaran: Memahami Makna Cinta dalam Islam
Buku Maafkan Tuhan, Saya Pernah Pacaran. (Dokumen Pribadi/Sapta Stori)

Bahasan tentang cinta tidak akan pernah selesai. Ada terlalu banyak sudut pandang yang memaknai seperti apa itu cinta. Namun, umat Islam tentunya sudah memiliki pakemnya tersendiri tentang bagaimana seharusnya seorang manusia mengartikan cinta. Hal ini pula yang dibahas dalam sebuah buku berjudul “Maafkan Tuhan, Saya Pernah Pacaran”.

Buku Maafkan Tuhan, Saya Pernah Pacaran merupakan karya Robi Afrizan Saputra yang diterbitkan pada tahun 2015 oleh PT Elex Media Komputindo. Buku ini ditujukan untuk siapa pun yang sedang pacaran, yang pernah pacaran dan yang tidak pacaran. Dengan demikian, buku ini sangat cocok untuk dibaca semua orang, terutama anak-anak muda yang dilanda asmara dan sedang getol-getolnya mencari makna cinta.

Buku ini mengajarkan pembaca bagaimana caranya untuk memaknai cinta dengan sudut pandang agama Islam. Sang penulis mengajak kita melihat fenomena yang nyata terjadi di lapangan mengenai mereka yang berpacaran, apa saja akibat dari pacaran dan seperti apa sebenarnya cara yang benar dalam Islam untuk mengungkapkan rasa cinta kepada seseorang.

Penulis mengajak para pembaca yang pernah berpacaran untuk menyesali perbuatan yang telah dilakukan, menunjukkan kepada yang sedang menjalin kisah cinta tanpa ikatan pernikahan untuk melihat kembali apa sebetulnya yang mereka dapatkan dari pacaran, dan meyakinkan mereka yang tidak pernah berpacaran untuk tidak coba-coba melakukan hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam tersebut.

Tak hanya itu, buku ini juga menjelaskan tentang seperti apa sebenarnya laki-laki dan perempuan yang ideal untuk dijadikan pasangan hidup dan menjadi impian bagi setiap orang yang mendambakannya.

Lebih daripada itu, kita diajak untuk memaknai hakikat cinta yang sesungguhnya. Rasa cinta sungguh merupakan karunia yang Allah anugerahkan untuk manusia sebagai makhluk yang memiliki hati. Begitu banyak manfaat yang bisa kita dapatkan dari buku ini, sehingga sayang untuk dilewatkan.

Hati-hati membedakan antara modus dan tulus. Kalau modus itu modal dusta, kalau tulus itu menyeriuskan cinta. Jadi, mau yang tulus atau yang modus?” (Maafkan Tuhan, Saya Pernah Pacaran hal. 60)

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak