Senyum yang senantiasa terukir di wajah seseorang, tidak bisa menjamin bahwa dia baik-baik saja. Melalui kisah Aheng yang ada di buku ini, kita akan diajak untuk menyelami kehidupannya yang ternyata penuh topeng. Buku yang diangkat dari Alternatif Universe (AU) Twitter ini selain menampilkan sisi humor, juga menampilkan sisi lain.
Identitas Buku Ini Aheng Bukan Dilan
Judul Buku: Ini Aheng Bukan Dilan
Penulis: Niswa Hasana
Penerbit: Lovable
Jumlah Halaman: 284 Halaman
Ulasan Novel
Pernah melihat orang yang selalu terlihat ceria seakan tidak ada beban dalam hidupnya sama sekali? Itulah yang sedang dilakoni oleh Hendri alias Aheng, seorang mahasiswa Hukum semester 5. Hidupnya, bisa dibilang, agak getir. Hebatnya, ia bisa menutupi itu semua dengan tingkahnya yang absurd.
Berawal dari insiden tabrakan kecil yang tidak sengaja, semesta membawa kehadiran Carelia Manee atau Caca ke dalam hidup Aheng. Sayangnya, saat itu Caca sudah menjadi pacar Haris, pemilik mobil yang tidak sengaja Aheng tabrak.
Karena urusan utang-piutang terkait ganti rugi kerusakan mobil itu, Aheng dan Caca jadi sering berjumpa. Aheng yang unik dan absurd sukses menarik perhatian Caca. Bahkan, Aheng memanggil Caca dengan sebutan 'Caca marica hey hey'. Aheng punya cirle pertemanan yang 11-12 kelakuannya, membuat suasana makin seru dan kocak abis tiap mereka kumpul.
Cerita ini termasuk page turner, seru banget buat dibaca. Selain kelakuan Aheng dan kawan-kawan yang berhasil membuat humorku anjlok, cerita ini juga dilengkapi dengan konflik yang tidak pasaran. Ada rahasia besar yang disembunyikan Aheng dari orang di sekitarnya, termasuk dari Caca. Semuanya berhubungan dengan keluarga dan masa lalu Aheng sendiri.
Sosoknya yang senang bercanda, berhasil membuatku sebagai pembaca merasa terhibur. Namun, dibalik sikapnya yang konyol itu, Aheng menunjukkan kepada pembaca bahwa dia memiliki pemikiran yang dewasa. Sayangnya, dia tidak senang berbagi beban, sehingga selalu menyembunyikan masalahnya melalui tingkah lakunya yang konyol itu.
Di balik sikapnya yang humoris, aneh, absurd, sekaligus bikin 'meleleh', Aheng menunjukkan bahwa senyum tidak menjamin keadaan yang sebenarnya. Aheng mengajarkan kita untuk tidak lupa bersyukur, bersikap bodo amat dengan pandangan orang, serta belajar untuk memanusiakan manusia.