Di era modern ini tentunya mulai sedikit sekali kesenian tradisional yang tetap eksis di masyarakat. Hal ini karena anggapan di beberapa kalangan bahwa kesenian tradisional tersebut telah kuno dan kurang diminati, khususnya oleh anak-anak muda yang seharusnya bisa menjadi penerus kesenian-kesenian tradisional tersebut. Namun, di kota Surabaya masih ditemukan beberapa kesenian lokal yang cukup diminati. Salah satunya adalah kesenian Ludruk.
Ludruk merupakan sebuah kesenian tradisional yang dilakukan di atas panggung seperti sebuah pementasan teater. Bahkan, kesenian ini di kota Surabaya dianggap sebagai ‘nyawa’ dari kesenian tradisional yang ada di kota yang dijuluki sebagai “Kota Pahlawan” tersebut. Ludruk dan kota Surabaya sendiri seakan-akan sudah menjadi pasangan serasi yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
1. Sejarah Kemunculan Ludruk
Meskipun menurut beberapa sumber kesenian teater tradisional ini bukan berasal dari kota Surabaya, akan tetapi memang ludruk menjadi salah satu kesenian lokal yang paling populer di kota-kota di Jawa timur, khususnya di kota Surabaya yang memang menjadi tujuan dari diaspora masyarakat di Jawa timur.
Kesenian ini diyakini mulai muncul dan populer di masa kolonial, tepatnya pada periode awal abad ke-20. Dahulu kesenian ini dikenal dengan nama lorek atau lerok yang diambil dari kostum dan tata rias pemainnya dalam mementaskan kesenian tersebut. cara pementasannya tersebut dilakukan dari kampung ke kampung hingga pada akhirnya mulai menjadi makin populer pada pertengahan abad ke-20 hingga awal masa kemerdekaan.
Di periode ini ludruk selain menjadi sebuah kesenian hiburan rakyat juga dijadikan sebagai sarana kritik terhadap pemerintah seperti pemerintah kolonial dan pendudukan militer pada masa Jepang. Salah satu tokoh pementasan ludruk yang cukup tersohor kala itu bahkan sempat menjadi permasalah bagi penguasa kala itu adalah Cak Durasim.
Ludruk memang menjadi sarana yang cukup besar dalam kegiatan propaganda melawan penguasa yang dianggap menindas kala itu. Di lain sisi juga dapat berperan sebagai media propaganda pula bagi pemerintah dalam menggalakkan pembangunan dan persatuan pada masa proklamasi kemerdekaan dan masa revolusi. Hal ini tidak terlepas dari stigma kesenian ini yang sangat merakyat dan dapat mudah diterima oleh masyarakat dari berbagai lapisan.
2. Rentetan Pagelaran Kesenian Ludruk
Dalam kesenian pementasan ludruk ini terdapat beberapa urutan kegiatan yang selalu disesuaikan dengan perubahan zamannya. Dalam sebuah pementasan ludruk, umumnya akan diawali dengan tarian remo yang menjadi pembuka dari acara ludruk itu sendiri. Kesenian tari tradisional yang juga berasal dari Jawa timur tersebut merupakan representasi dari seorang pangeran yang sedang bertempur di medan peperangan.
Kesenian ludruk tersebut seringkali mengambil beberapa peristiwa, sejarah atau bahkan ekspersi kehidupan yang ada di masyarakat. Di zaman dahulu seringkali yang menjadi cerita pementasan ludruk ini merupakan kisah-kisah lokal atau kisah rakyat yang sangat populer di masyarakat. Kadangkala juga diselipkan pesan-pesan moral serta petuah yang sangat membangun dalam kehidupan.
Dalam pementasannya, ludruk menggunakan dialek dan bahasa Surabaya atau yang dikenal dengan dialek ‘suroboyoan’ atau bahasa Jawa yang lazim digunakan dalam tata kata masyarakat sehari-hari. Tidak jarang pula juga diselipkan dialek Madura karena kebanyakan pendatang dari pulau Madura juga merantau di kota Surabaya, sehingga seringkali terjadi akulturasi kebudayaan yang berbeda.
Para pemain yang mementaskan kesenian ludruk tersebut menggunakan beberapa kostum dan riasan yang tentunya cukup menarik dan tidak jarang menggundang gelak tawa. Beberapa kostum mulai dari pakaian tradisional hingga pakaian sehari-hari juga menjadi perlengkapan wajib bagi para pemain ludruk tersebut. Seringkali juga diiringi oleh alunan musik gamelan sebagai selingan dalam pementasan.
3. Kesenian Ludruk Di Era Modern
Seiring dengan perkembangan zaman, kesenian ludruk di kota Surabaya yang sempat nyaris mati suri ini mulai kembali digaungkan kembali dan diadakan beragam pementasan dalam acara-acara tertentu. Bahkan, guna menarik minat masyarakat yang lebih luas pementasan ludruk ini juga kian dikemas dengan nuansa modern. Salah satunya yakni penggunaan tata panggung yang modern, pakaian pemain dan tata rias yang tentunya juga menyesuaikan dengan zaman modern ini. Banyak kalangan muda yang juga mulai turut andil dalam pelestarian kesenian ini, sehingga dapat menyesuaikan dengan perkembangan dan minat zaman.
Namun, hal yang tidak berubah tentunya dari pemilihan kisah-kisah yang tetap menjadi daya tarik tersendiri dari kesenian tradisional tersebut. kritik terhadap problematika kehidupan dan juga seringkali diselingi candaan tetap menjadi pakem lama yang dipertahankan karena memang hal tersebut yang menjadi daya tarik tersendiri dari kesenian ludruk ini di masyarakat kota Surabaya yang terkenal egaliter.
Video yang Mungkin Anda Suka.