Mary Tudor atau Mary I dijuluki Bloody Mary sebab kebengisannya selama hidup. Ratu Inggris yang memerintah pada 1553 hingga kematiannya pada 1558 ini dikenal sebagai ratu paling kejam dan berhati dingin kepada siapapun.
Seperti apa sosoknya? Berikut ini deretan fakta tentang Bloody Mary, Ratu Inggris Paling Kejam Sepanjang Sejarah yang dilansir dari Wikipedia dan berbagai sumber lainnya.
Ratu yang memimpin selama lima tahun ini merupakan anak tunggal dari Raja Henry VIII dan istri pertamanya, Putri Catherine dari Aragon yang lahir dengan nama Mary Tudor. Ratu Mary lahir di Istana Placentia, Inggris pada 18 Februari 1516.
Ia merupakan penganut Katolik sejak lahir. Perempuan ini dibaptis di Gereja Biarawan Observant, Greenwich, Inggris tak lama setelah lahirnya di dunia.
BACA JUGA: Jin BTS Dikabarkan Berangkat Wajib Militer 13 Desember, Big Hit Music Bilang Begini
Semasa remaja, Mary dikirim ayahnya tinggal jauh di perbatasan Welsh pada 1525. Sementara ayahnya berencana untuk menceraikan ibunya. Setelah berhasil bercerai dan mendirikan Gereja Inggris, Raja Henry VIII mendesak Parlemen untuk menyatakan Mary Tudor bukanlah pemaris kerajaan yang sah. Tidak hanya itu saja, Mary juga tidak diizinkan untuk menemui ibunya sendiri.
Kembalinya Mary ke Istana dan Kenaikan Takhta
Raja Henry VIII menikahi beberapa wanita setelah istri pertamanya yang tidak lain adalah ibu Mary.
Mary diperbolehkan kembali masuk ke istana dengan syarat mengakui sang ayah sebagai kepala Gereja Inggris dengan keyakinan Protestan dan pernikahan ilegal antara ibunya dan Raja Henry VIII. Singkat cerita, Mary menyetujuinya dan berhasil memasuki istana bersama Elizabeth I. Henry VIII juga mengembalikan posisi anak-anaknya ke pewaris takhta. Mary Tudor menjadi pewaris kedua setelah Edward, sementara Elizabeth I berada di posisi ketiga.
Mary merasakan ketegangan selama masa pemerintahan saudara tirinya Edward VI sebab perbedaan agama. Ketegangan ini berlangsung singkat sampai sang raja mangkat pada Juli 1553 di usianya yang ke 15 tahun.
Setelah Raja Edward VI memindahkan kekuasaannya kepada Lady Jane Gray yang seharusnya diberikan kepada Mary, namun Edward mengurungkan niatnya sebab Mary adalah penganut Katolik yang taat. Pemerintahan Lady Jane Gray, cucu dari adik perempuan Henry menggantikan pemerintah Inggris dalam beberapa hari sebelum Mary berhasil menggulingkannya.
Mary yang kala itu berusia 37 tahun berhasil naik takhta pada 18 Juli 1553. Ia merupakan ratu pertama yang memerintah Inggris melalui haknya sendiri, berbeda dengan kebanyakan putri lain yang menjadi ratu setelah menikahi seorang raja.
Asal Usul Sebutan Bloody Mary
Selama pemerintahannya Mary adalah ratu yang dikenal sangat terobsesi terhadap agama, ia berusaha untuk mengembalikan kerajaan Inggris pada agama Katolik dan memulihkan doktrin gereja Katolik. Mary juga menghapus banyak hukum agama yang dibuat oleh ayah dan Edward. Pada tahun 1554 pemberontakan yang dipimpin oleh Sir Thomas Wyatt terjadi. Tetapi Mary berhasil mengalahkan Wyatt, dan Wyatt dieksekusi bersama 90 pemberontak lainnya, termasuk ayah Lady Jane Grey. Tidak puas sampai di situ saja, Mary juga memerintahkan untuk memenggal Jane Grey dan menjebloskan Elizabeth I ke penjara.
Mary juga menegakkan hukum menentang siapa pun yang dianggap sesat.
Selama lima tahun, sang Ratu telah mengeksekusi tanpa henti dengan sadis sekitar 300 orang berkeyakinan Protestan yang menolak mengubah keyakinannya menjadi Katolik dengan dibakar di tiang pancang. Untuk kekejamannya itu sang ratu dijuluki “Bloody Mary” oleh rakyatnya sendiri.
Bagaikan berada di mimpi buruk, sang Ratu tidak lagi mendapatkan kepercayaan dari suaminya sendiri. Mary difitnah dan disalahkan atas pembantaian terhadap orang-orang Protestan di Inggris.
Runtuhnya masa pemerintahan Mary I bersamaan dengan meninggalnya sang ratu akibat wabah influenza pada 17 November 1558. Ratu Mary I dimakamkan di Westminster Abbey.
Pemerintahan Inggris digantikan oleh saudara tirinya, yakni Ratu Elizabeth I.
Video yang Mungkin Anda Suka.