Resesi Seks yang Meresahkan, Berikut 3 Faktor Penyebabnya

Candra Kartiko | Ismi Faizah
Resesi Seks yang Meresahkan, Berikut 3 Faktor Penyebabnya
ilustrasi penduduk. (pexels/saidpexels)

Baru-baru ini muncul kembali isu mengenai fenomena yang kemungkinan bisa saja terjadi di Indonesia yaitu resesi seks.

Mengutip dari laman resmi halodoc resesi seks adalah keengganan seseorang atau pasangan untuk memiliki keturunan yang dilatarbelakangi oleh biaya perawatan serta pendidikan anak yang semakin melonjak. 

Beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat, China, Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Rusia telah dilanda fenomena tersebut yang mengakibatkan jumlah populasi manusia menurun sehingga berdampak buruk terhadap ekonomi.

Lalu bagaimana dengan negara kita sendiri? Apakah masih aman? Melawar dari dataindonesia.id total fertility rate atau TFR di tanah air terus mengalami penurunan dalam enam dekade terakhir berkurang hampir empat poin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), TFR di Indonesia tercatat sebesar 2,1 pada 2022. 

Baca Juga: Bikin Nagih! Ini Dia 6 Best Seller Mixue Ice Cream yang Wajib Kamu Coba!

Meski begitu menurut Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasno Wardoyo, Indonesia kemungkinan berpotensi mengalami resesi seks namun diperkirakan masih sangat lama yaitu pada generasi anak muda yang hidup di tahun 2045. 

Apakah yang menyebabkan beberapa orang enggan untuk menikah dan memiliki seorang anak? Berikut akan kita bahas alasannya. Simak sampai selesai ya. 

1. Trauma 

Tidak dapat dipungkiri pengalaman pahit semasa kecil akan terbawa hingga dewasa. Seseorang yang sejak kanak-kanak sering melihat pertengkaran kedua orang tuanya, besar di lingkungan keluarga yang kurang harmonis akan menganggap pernikahan tidak membawa kebahagiaan melainkan luka.

Pengaruh lingkungan sekitar pun juga amat besar. Terlalu sering menyaksikan maupun mendengar hal-hal buruk mengenai kehidupan setelah menikah dapat menimbulkan rasa takut tersendiri bagi mereka yang mudah trauma dengan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Alhasil tumbuh dewasa dengan pandangan bahwa menikah itu menyakitkan membuat seseorang memilih untuk melajang seumur hidup. 

Baca Juga: 4 Aplikasi Terbaik untuk Ibu Hamil, Tersedia Berbagai Fitur Menarik!

2. Mementingkan Karir

Memilki pekerjaan dengan posisi jabatan yang memberikan gaji lumayan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup serta menabung dan menyenangkan diri sendiri sangat sayang jika dilepaskan.

Apalagi jenjang karir yang pasti bisa dengan mudah didapatkan betapa berat hati untuk meninggalkan pekerjaan tersebut.

Sedangkan jika menikah dan suami tidak mengizinkan untuk bekerja bisa membuat karir yang semula dibangun dengan kerja keras harus berakhir. Bagi sebagian orang pernikahan hanya akan menghambat kemajuan jenjang ke mereka.

Terbiasa mandiri lebih bebas melakukan segalanya sendirian tanpa harus terikat dengan seseorang jauh lebih menyenangkan bagi mereka. Karir nomer satu urusan menikah belakangan.

Sebab berkomitmen menjalin rumah tangga bukan perkara gampang apalagi diri tidak suka menjalin hubungan yang menurut mereka lebih banyak menguras emosi.

3. Permasalahan Finansial 

Memiliki anggota baru di rumah memang menambah ramai suasana. Selain itu adanya keturunan diharapkan dapat menjadi tumpuan di masa tua.

Akan tetapi, di era sekarang dimana segala kebutuhan kian melonjak sedangkan mencari pekerjaan bisa dikatakan sedikit sulit berpengaruh pada penghasilan yang serba pas-pasan membuat beberapa pasangan suami istri enggan memiliki momongan. 

Biaya untuk merawat bayi memang tidak sedikit. Membesarkannya hingga dewasa butuh kesabaran tinggi. Bagi orang yang anti ribet kehadiran bayi tidak akan pernah ada dalam daftar hidup mereka.

Baca Juga: Mengenang 18 Tahun Tsunami di Aceh, Ini 5 Tsunami Paling Merusak dalam Sejarah

Menambah pengeluaran dan beban. Kendati demikian tidak semua orang dengan penghasilan tak menentu memilih tak memiliki anak.

Itulah ketiga hal yang turut menjadi penyebab resesi seks sehingga berdampak pada jumlah generasi yang lahir.

Tentu kemerosotan jumlah penduduk akan berdampak buruk terhadap ekonomi sebab secara otomatis daya beli akan menyusut.

Selain itu, keberlangsungan masa depan suatu negara juga akan terancam dikarenakan jumlah lansia yang bertambah namun generasi penerusnya berkurang.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak