Novel yang masih populer hingga kini meski diterbitkan pertama kali pada tahun 2003 ini sudah diterjemahkan ke dalam 42 bahasa di 70 negara. The Kite Runner membawa penulisnya, Khaled Hosseini, untuk mendapatkan penghargaan Humanitarian Award dari UNHCR.
Nyatanya novel yang mengisahkan tentang kisah hidup seorang lelaki bernama Amir ini memang sehebat itu. Novel klasik kontemporer yang dicintai seluruh dunia tersebut mengambil latar tempat di Afghanistan dan Amerika Serikat pada tahun 1975 sampai awal tahun 2000-an.
Amir adalah seorang anak saudagar yang gagah dan dihormati di lingkungannya di kota Kabul, Afghanistan. Ayahnya dikenal sebagai orang yang berani dan sangat disegani oleh masyarakat karena sikap kedermawanannya yang mau membantu banyak orang.
Di rumahnya, ayah Amir mempekerjakan seorang Hazara (etnis minoritas di Afghanistan) bernama Ali yang sudah bersahabat dengannya selama puluhan tahun. Ali memiliki seorang anak yang sebaya dengan Amir, namanya adalah Hassan.
BACA JUGA: Tak Hanya Atasi Infertilitas, Benarkah Program Bayi Tabung Bisa Tingkatkan Kualitas Hidp Anak?
Meski Amir adalah seorang anak dari ayah yang sangat pemberani, ia adalah seorang pengecut. Dia bahkan tidak sepemberani teman Hazaranya, Hassan. Amir bersyukur memiliki teman seperti Hassan yang selalu setia melindunginya dan menuruti apapun kemauannya.
"Untukmu, keseribu kalinya," begitu kalimat yang selalu diucapkan Hassan sebagai tanda kesetiaannya pada Amir.
Pada masa itu di kota Kabul, selalu ada perlombaan layang-layang setiap tahunnya. Amir tidak pernah memenangkan satu pun pertandingan. Padahal ayahnya adalah seorang yang tidak pernah terkalahkan dalam persaingan apapun. Di suatu tahun ketika Amir akhirnya berhasil menjadi pemenang, sebuah kejadian yang mengenaskan terjadi pada Hassan ketika dia sedang melakukan tugasnya mengejar layang-layang untuk Amir.
Sejak saat itu pertemanan Amir dan Hassan tak lagi berjalan seakrab sebelumnya. Amir mengkhianati Hassan. Dia mengkhianati temannya yang selalu setia kepadanya sejak kecil. Saat itu usianya baru 12 tahun. Tapi Amir harus hidup dengan rasa bersalah yang selalu menghantuinya karena telah mengkhianati Hassan.
Lalu bagaimana kehidupan Amir selanjutnya? Seperti yang terjadi di dunia nyata, Afghanistan mengalami kekacauan di tahun-tahun tersebut. Amir dan ayahnya berpindah ke Amerika, sedangkan rasa bersalah yang menghantui Amir tak bisa hilang begitu saja meski ia telah meninggalkan negaranya.
Kamu perlu membaca kisah ini untuk mengikuti perjalanan hidup Amir dan kisah berlikunya untuk menebus rasa bersalah yang menghantui sejak umur 12. Semoga tertarik!
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS