Sebagai salah satu negara dengan luas lautan yang cukup luas, Indonesia sejatinya memang memerlukan armada kapal tempur dan kapal pendukungnya dengan jumlah yang banyak. Sejak merdeka pada tahun 1945, kekuatan laut menjadi salah satu tumpuan militer Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan negara. Pada era orde lama kekuatan angkatan laut Indonesia atau yang dulu dikenal dengan nama ALRI (Angkatan Laut Republik Indonesia) tumbuh menjadi salah satu kekuatan laut terkuat di belahan bumi selatan.
BACA JUGA: Kacaunya Kasus Tabrak Lari Selvi, Minta Pelaku Ditangkap Malah Aib Selingkuh Kompol D yang Terungkap
Di era tersebut, Indonesia memang giat membangun armada militernya, khususnya kekuatan udara dan laut yang memang dipersiapkan untuk menunjang kampanye operasi Trikora dan Dwikora di awal dekade 60-an. Di matra laut, kekuatan Indonesia bisa dibilang 90% bertumpu kepada alutsista blok timur. Salah satu kapal yang dianggap cukup berperan penting bagi TNI-AL adalah KRI Sorong (911).
1. Dibeli dari Yugoslavia
KRI Sorong sejatinya bukanlah kapal tempur konvensional yang dilengkapi dengan sistem persenjataan mumpuni. Kapal ini merupakan kapal tanker dan kapal logistik yang dipergunakan untuk mendukung beragam operasi laut TNI. Dilansir dari situs indomiliter.com, kapal ini dibeli dari galangan Yugoslavia pada tahun 1964. Kapal ini dibuat di galangan Trogir Shipyard dan dibangun memang khusus untuk pesanan Indonesia kala itu.
KRI Sorong (911) sejatinya merupakan kapal tanker yang memiliki peran sentral dalam tugas BCM (Bantu Cair Minyak) guna mendukung gugus serang kapal tempur TNI-AL atau ALRI pada masa tersebut. Kapal ini sendiri baru datang pada tahun 1965 dan langsung dimasukkan dalam armada kapal tanker TNI. Saat itu armada kapal tanker TNI memiliki 6 unit kapal termasuki KRI Sorong.
2. Banyak Berdinas Dari Masa Orde Lama Hingga Reformasi
KRI Sorong 911 meskipun tidak memiliki kemampuan serang yang mumpuni, akan tetapi peran kapal ini cukup sentral dalam mendukung beragam misi yang dilakukan oleh TNI. Bahkan, sejak masa orde lama hingga era reformasi kapal ini sudah sering terjun dalam beragam misi operasi yang dilakukan oleh TNI.
Sebut saja di masa orde lama ada Operasi Trikora dan Dwikora, lalu di era orde baru kapal ini juga diturunkan dalam operasi Seroja di Timor-Timur. Bahkan, di era reformasi kapal ini juga tercatat melakukan 2 operasi militer, yakni operasi Tameng Hiu di tahun 2010 dan operasi Kanal Cidkaya di tahun 2017.
BACA JUGA: Sekilas Fakta Kartun Huggy Wuggy dan Mommy Long Legs yang Meresahkan
Sistem persenjataan kapal ini terbilang sangat minim karena memang tugasnya hanya sebagai kapal tanker dan kapal logistik. Kapal ini hanya diperkuat 4 unit senapan mesin kelas berat 12.7 mm untuk peran bantuan tembakan ringan. Kapal yang hanya mampu bergerak dengan kecepatan maksimal 28 km/jam ini mampu menampung 3.000 ton bahan bakar dan sekitar 300 ton untuk keperluan logistik.
3. Telah dipensiunkan di Tahun 2021
Perjalanan panjang KRI Sorong (911) kini telah resmi berakhir dalam dinas militer Indonesia. Dilansir dari situs tni-al.mil.id, kapal yang cukup legendaris dalam tubu TNI-AL tersebut kini telah resmi purna tugas pada tahun 2021. Pensiunnya kapal ini dilakukan dalam upacara seremonial di Koarmada 2 pada bulan Oktober 2021.
Sejatinya kapal ini ingin dipertahankan untuk dapat berdinas dalam beberapa tahun lagi, akan tetapi dikarenakan TNI-AL merasa perbaikan dan modernisasi kapal tersebut dirasa tidak akan efektif, maka diputuskan kapal ini telah dinonaktifkan dari layanan aktif.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS