Paspor adalah dokumen yang penting dalam kehidupan manusia. Dengan paspor, seseorang bisa melakukan perjalanan ke luar negeri dan mengeksplorasi dunia. Namun, tidak semua paspor memiliki tingkat akses yang sama ke berbagai negara di dunia. Faktor-faktor seperti stabilitas politik, keamanan, hubungan diplomatik, dan kemampuan ekonomi suatu negara dapat memengaruhi peringkat paspor dunia.
Terdapat beberapa lembaga yang memantau dan merilis peringkat paspor dunia setiap tahunnya. Salah satu lembaga tersebut adalah Henley Passport Index yang merilis peringkat paspor berdasarkan jumlah negara yang dapat dikunjungi tanpa visa atau dengan visa on arrival. Lembaga ini menggunakan data dari International Air Transport Association (IATA) untuk menilai akses paspor ke negara lain. Menurut Henley Passport Index, Jepang memegang peringkat pertama sebagai negara dengan paspor terkuat di dunia, diikuti oleh Singapura dan Korea Selatan.
Selain faktor-faktor di atas, faktor geografis juga memainkan peran penting dalam menentukan peringkat paspor suatu negara. Misalnya, negara-negara yang berada di wilayah Eropa umumnya memiliki peringkat paspor yang lebih tinggi karena adanya perjanjian Schengen yang memungkinkan pergerakan bebas di antara negara-negara tersebut. Negara-negara kecil yang terletak di antara dua atau lebih negara besar juga umumnya memiliki peringkat paspor yang tinggi karena adanya hubungan yang erat dengan negara-negara tetangga.
BACA JUGA: Review Buku "Pagi Pegawai Petang Pengarang": Setiap Orang Bisa Jadi Penulis
Namun, ada beberapa negara yang memiliki stabilitas politik dan ekonomi yang kuat, namun memiliki peringkat paspor yang relatif rendah. Misalnya, Mesir memiliki stabilitas politik dan ekonomi yang kuat, namun peringkat paspornya relatif rendah karena negara ini memiliki hubungan yang kurang baik dengan negara-negara Barat.
Selain faktor-faktor tersebut, desain paspor juga memainkan peran penting dalam politik paspor. Mahmoud Keshavarz, penulis buku "The Design Politics of the Passport", menekankan bahwa desain paspor dapat memengaruhi identitas dan persepsi negara, serta identitas pemegang paspor. Desain paspor juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan atau mengambil posisi politik dan sosial yang kritis.
Sebagai contoh, beberapa negara seperti Norwegia, Kanada, dan Australia telah memperkenalkan desain paspor yang menggambarkan keindahan alam dan budaya mereka. Desain paspor ini mencerminkan identitas dan budaya negara tersebut serta memberikan kesan positif pada pemegang paspor. Namun, desain paspor juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengekspresikan atau mengambil posisi politik dan sosial yang kritis.
Sebagai contoh, Edward Snowden, mantan karyawan Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA), menggunakan paspor Rusia setelah mengungkapkan informasi rahasia tentang program pengawasan massal yang dilakukan oleh pemerintah Amerika Serikat. Paspor Rusia memberikan perlindungan bagi Snowden dan memungkinkannya untuk berpindah ke negara lain tanpa khawatir ditangkap oleh pemerintah AS. Hal ini menunjukkan bahwa desain paspor dan asal negara dapat memengaruhi kebebasan bergerak seseorang dan dapat menjadi alat politik bagi negara-negara yang memiliki pengaruh global.
Sementara itu, dalam bukunya "The Design Politics of the Passport: Materiality, Immobility, and Dissent", Mahmoud Keshavarz membahas bagaimana desain paspor juga memiliki peran penting dalam politik paspor. Keshavarz mengungkapkan bahwa desain paspor dapat mempengaruhi cara orang melihat dan berinteraksi dengan paspor itu sendiri, serta dapat menjadi alat untuk mengungkapkan pesan politik dan sosial.
Salah satu contoh yang diungkapkan oleh Keshavarz adalah desain paspor baru dari Republik Afrika Selatan yang dirilis pada tahun 1994. Desain paspor ini menampilkan gambar orang-orang yang berbeda di setiap halamannya, mewakili keragaman etnis dan budaya di negara tersebut. Desain ini bertujuan untuk menunjukkan kesetaraan dan inklusivitas di antara seluruh warga negara, serta menekankan pada nilai-nilai demokrasi dan hak asasi manusia.
Namun, Keshavarz juga mengungkapkan bahwa desain paspor tidak selalu digunakan untuk menyampaikan pesan positif. Beberapa negara juga menggunakan desain paspor sebagai alat untuk memperkuat ideologi politik mereka. Sebagai contoh, desain paspor dari Korea Utara menampilkan gambar Patung Kebenaran, yang merupakan simbol penting dalam ideologi Juche. Selain itu, paspor juga digunakan sebagai alat untuk menandai status sosial dan ekonomi seseorang. Beberapa negara memiliki paspor yang berbeda untuk warga negara yang berbeda, tergantung pada kelas sosial dan kekayaan mereka.
BACA JUGA: Review Buku 'Dua Permata Islam', Sejarah Hidup Dua Khalifah Paling Legendaris
Desain paspor juga dapat memiliki dampak praktis pada mobilitas dan kebebasan bergerak seseorang. Keshavarz menunjukkan bahwa beberapa desain paspor dapat menghambat mobilitas seseorang karena faktor seperti ukuran dan berat paspor. Selain itu, beberapa negara juga menggunakan teknologi paspor elektronik untuk membatasi akses orang asing ke wilayah mereka, yang juga dapat mempengaruhi kebebasan bergerak orang tersebut.
Dalam konteks faktor-faktor penentu peringkat paspor dunia, Okagbue dan rekan-rekannya menemukan bahwa faktor-faktor seperti stabilitas politik, hubungan diplomatik, dan kebijakan imigrasi dapat berkontribusi pada peringkat paspor suatu negara. Mereka menekankan pentingnya stabilitas politik dan kebijakan imigrasi yang jelas dan teratur untuk meningkatkan peringkat paspor negara tersebut.
Selain itu, Okagbue dan rekan-rekannya juga menemukan bahwa faktor seperti tingkat keamanan negara, tingkat kejahatan, dan hubungan internasional juga dapat mempengaruhi peringkat paspor. Tingkat keamanan yang rendah dan tingkat kejahatan yang tinggi dapat membuat negara kurang menarik bagi orang asing, sehingga berdampak pada peringkat paspor negara tersebut. Di sisi lain, hubungan internasional yang baik dapat meningkatkan kepercayaan dunia internasional pada negara tersebut, sehingga meningkatkan peringkat paspor.
Dalam kesimpulan, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi peringkat paspor dunia meliputi stabilitas politik, keamanan nasional, hubungan diplomatik, dan tingkat visibilitas global suatu negara. Selain itu, faktor-faktor internal seperti tingkat kesejahteraan ekonomi dan politik dalam suatu negara juga dapat memengaruhi peringkat paspornya.
Di sisi lain, desain paspor juga memainkan peran penting dalam politik paspor dan mobilitas manusia di seluruh dunia. Keshavarz menyoroti bagaimana desain paspor dapat memengaruhi pembatasan dan keterbatasan mobilitas manusia, serta bagaimana perubahan desain dapat memengaruhi pandangan dan persepsi terhadap identitas dan nasionalisme.
Sebagai sebuah dokumen identitas yang digunakan secara internasional, paspor telah menjadi salah satu simbol paling kuat dari kekuasaan dan priviledge. Pemegang paspor yang berasal dari negara-negara dengan peringkat tinggi memiliki keuntungan yang signifikan dalam mobilitas global, sementara pemegang paspor yang berasal dari negara-negara dengan peringkat rendah menghadapi berbagai hambatan dan batasan.
Dalam hal ini, penting bagi negara-negara untuk memperbaiki faktor-faktor yang memengaruhi peringkat paspornya, serta mempertimbangkan desain paspor sebagai bagian dari politik dan budaya yang memengaruhi mobilitas manusia. Dalam masyarakat global yang semakin terkoneksi, keadilan dan kesetaraan dalam mobilitas manusia adalah aspek penting untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Sumber :
Okagbue, Hilary I., et al. "Significant predictors of henley passport index." Journal of International Migration and Integration 22 (2021): 21-32.
Keshavarz, Mahmoud. The design politics of the passport: materiality, immobility, and dissent. Bloomsbury Publishing, 2018.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS