Bicara tentang cinta memang tak pernah ada kata habisnya. Cinta memang termasuk anugerah terindah dari Tuhan kepada setiap hamba-Nya. Sehingga wajar saja bila banyak orang mengaungkan cinta dan merasa tak bisa hidup tanpanya.
Hanya saja, ketika kita mencintai seseorang, jangan sampai terlalu berlebih-lebihan, karena bisa menyebabkan dampak buruk di kemudian hari. Sebagaimana dialami oleh tokoh bernama Dara dalam cerpen “Tidak Ada yang Salah dengan Joni” karya Ken Arviana. Dikisahkan, Dara adalah gadis yang memiliki wajah cantik, kulit putih, pakaiannya bagus-bagus, karier yang gemilang.
Dara kerja satu kantor dengan Joni. Namun perbedaan pekerjaan keduanya teramat jauh. Dara termasuk salah satu pegawai yang bisa dianggap penting di kantor tersebut, sementara Joni hanyalah karyawan rendah, hanya menjadi pesuruh atau katakanlah pembantu yang tiap pagi meletakkan gelas-gelas di kubikel-kubikel lantai enam.
Joni melakukannya pukul 06.30, saat pegawai di kantor bantuan hukum tersebut belum menunjukkan batang hidungnya, sebab jam masuk para karyawan adalah pukul 08.00.
Dara memiliki kekasih bernama Ikmal. Keduanya telah lama menjalin hubungan asmara. Menurut kabar yang beredar, hubungan mereka sedang renggang. Konon, Ikmal menolah diajak kawin oleh Dara. Kabar lain, katanya Ikmal berhubungan dengan wanita idaman lain.
Namun, kabar yang cukup mengejutkan Joni ialah tentang isu bahwa Dara telah hamil. Isu ini muncul ketika, katanya, Dara bertanya soal klinik aborsi. Joni yang mendengar berita tersebut nyaris berteriak. Untung ia masih bisa menahan diri. Joni merasa cemas sesuatu yang buruk terjadi pada gadis cantik itu.
BACA JUGA: Daya Tarik Gumuk Pasir Parangkusumo, Nikmati Pemandangan Gurun yang Eksotis
Suatu hari, Dara tampil dengan dandanan paling kucel seumur hidupnya. Ia sengaja datang ke kantor lebih pagi. Ia membuka sebuah dokumen baru di Microsoft Word. Dengan tabah, ia menuliskan judul dokumen tersebut: SURAT WASIAT.
Dara memandangi judul tersebut, lalu memjamkan matanya. Meneguhkan hatinya. Tetes airmata mengalir pelan. Saat membuka mata, ia barus sadar, ada sepotong kertas kecil yang terlipat sederhana. Singkat cerita ia pun membukanya dengan buru-buru. Ternyata isi tulisan kertas itu cukup menyentuh dan membuatnya berubah pikiran:
Mbak Dara, tolong jangan bunuh diri, atau aborsi. Saya tidak pernah tahu rasanya patah hati, tapi saya tahu seperti apa sedihnya, tak punya ayah-ibu.
Selain cerpen yang berkisah tentang Dara yang tengah patah hati dan iktikad baik Joni untuk menyelamatkannya, masih ada cerpen-cerpen lain yang bisa disimak dalam buku “Cerita Cinta Tanpa Cinta” yang ditulis oleh para penulis dengan beragam karakter.
Misalnya, cerpen berjudul “Lari, Boni, Lari!” karya Astrid L. Meidina yang bercerita tentang Boni, lelaki yang mengaku tidak sedang mencari pacar, tetapi sahabat. Ada juga cerpen menarik berjudul “Bukan Mau Biasa” karya Rayya Indira yang mengisahkan tokoh Yuke, seorang yang berhasrat menjadi penulis cerpen tapi kemudian mengurungkan niat menjadi penulis roman setelah membaca balasan dari seorang editor yang intinya menegaskan bahwa dirinya belum bisa bikin cerita yang bagus.
Ada yang unik dalam buku terbitan Grasindo (2016) ini. Tidak ada satu pun kata “cinta” dalam cerita tersebut. Yang ada hanya kisah-kisah tentang cinta yang akan selalu membekas, dengan caranya yang unik.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS