Masih ingat pepatah "Buah jatuh tak jauh dari pohonnya" yang berarti apapun yang diperbuat oleh orangtua, baik atau buruk, perilaku tersebut akan menurun pula kepada anak-anaknya? Hal ini sudah jamak dan lumrah terjadi. Sikap, perilaku dan pola pikir seorang anak sangat mirip dengan sikap dan pola pikir orangtua.
Meskipun terdapat pengecualian atau beberapa yang luput dari peribahasa tersebut, seperti Ibrahim putra dari Azar, seorang pemahat patung, pada akhirnya menjadi seorang Nabi. Demikian pula Kan'an, dikisahkan berbeda pemikiran dan sikap dengan ayahandanya, Nabi Nuh. Sekali lagi, itu hanya segelintir.
BACA JUGA: Ulasan Buku The Old Man and the Sea, Kisah Epik Nelayan Tua dan Ikan Raksasa
Perilaku orangtua yang menurun kepada anak-anaknya ini, terungkap pula dalam buku kumpulan cerpen Tanah Orang-Orang Hilang karya Pangerang P. Muda, Basabasi (2019). Cerita tersebut bertajuk Riwayat Sebuah HP. Dikisahkan dalam keluarga tersebut hiduplah seorang ibu dengan kedua anaknya yang bernama Aima dan Pong. Sementara bapaknya telah lama menghilang dengan pamit hendak bekerja sebagai TKI di negeri seberang.
Aima merasa hidupnya bertambah indah semenjak ia memiliki HP baru berlayar lebar dengan harga mahal. Kepada adik dan ibunya, Aima mengatakan bahwa HP yang dimilikinya tersebut merupakan hadiah ulang tahun dari teman-teman di kelasnya.
"Minggu lalu aku kan ulang tahun. Teman-teman sekelas lalu patungan membelikan aku HP ini sebagai kado," jelas Aima. Adik dan ibunya mengangguk-angguk meski dalam hati kurang percaya.
Sementara itu, pada suatu malam, adik Aima yang bernama Pong bagi-bagi uang. Ibunya bangga sebab Pong telah mandiri dan punya pekerjaan dengan gaji besar. Ibunya meyakini uang satu juta empat ratus ribu rupiah yang dibagi-bagikan Pong ke keluarganya tersebut merupakan gaji pertama yang ia terima.
Namun, nasib nahas kemudian menimpa Pong. Sudah lima hari Pong tidak pulang. Setelah dicari-cari, ternyata ia mengilang dan tidak kembali lagi. Dari kabar yang beredar, Pong melarikan diri sesudah digebuk ramai-ramai oleh teman-temannya atas perintah bos, sebab tidak mau menyerahkan hasil copetannya kepada bos. Mendengar berita tersebut, si ibu bertanya dalam hati, padahal aku tidak mengajarinya mencopet, lalu kenapa ia jadi pencopet?
Ibunya lama tidak lagi bekerja sebagai pencopet, sebab ia rasa hasil kerja Pong sudah cukup membiaya hidup keluarganya. Saat Pong tidak kembali ke rumah itu, si ibu balik ke kerja semula sebagai pencopet dan pulang sampai larut malam. Hingga akhirnya, si ibu tersebut tertangkap saat beraksi di sebuah pasar lalu digelandang ke kantor polisi dan dipenjara. Mengetahui kenyataan itu, Aima terperanjat.
Beberapa saat kemudian, Aima pun juga mengaku bahwa HP barunya itu ia colong dari tas temannya saat rebutan, saling dorong di pintu kelas saat jam pulang.
Dari cerpen ini, pengarang hendak menuturkan amanat bahwa sekecil apapun perbuatan orangtua akan jatuh ke anak-anaknya. Disadari atau tidak. Sengaja atau tidak. Terang-terangan atau pun sembunyi-sembunyi. Dari itu, berhati-hatilah selaku orangtua dalam bertindak. Perbuatanmu akan mengalir ke anak keturunanmu!