Andina Dwifatma, penulis novel "Semusim, dan Semusim Lagi", serta pemenang Sayembara Menulis Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), meluncurkan esainya yang menggelitik berjudul "Menua dengan Gembira." Dalam bukunya yang diterbitkan oleh Shira Media pada tahun 2023, Andina memaparkan pandangannya terhadap kumpulan kisah-kisah kocak Abu Nawas, Nasrudin Hoja, Mahbub Djunaidi, dan nama-nama lain yang mampu mengubah tragedi sosial menjadi sumber tawa.
Referensi dan inspirasi bagi Andina datang dari tokoh-tokoh seperti Mahbub Djunaidi, Myra Sidarta, Bondan Winarno, Brouwer, dan Simon Carmigelt. Dalam esainya, Andina menjelaskan bahwa kejenakaan, sebagaimana diungkapkan oleh Jakob Oetama, menjadi identitas dalam gaya dan format penulisannya. Esai ini juga menjadi sarana bagi Andina untuk mengomentari karya Mahbub Djunaidi.
Andina Dwifatma menelusuri makna relief bangunan dan gestur sosial di Jakarta, khususnya dalam konteks budaya pop. Melalui tulisannya yang menghibur, pembaca diajak meresapi kehidupan sehari-hari yang dipenuhi dengan fakta-fakta menggelitik, tanpa kehilangan substansi yang mendalam.
Sebagai penghuni pinggiran Jakarta, Andina menghadapi "ketergangguan" dari gaya-gaya bangunan kecil dan nama-nama 'senja' di warung kopi atau kafe yang dipengaruhi oleh budaya pop. Bagi Andina, ini merupakan fenomena yang perlu ditelisik lebih lanjut, terutama dalam konteks identitas masyarakat modern Jakarta.
Esai ini juga membahas pengaruh budaya pop, yang diakui Andina sebagai bagian integral dari kehidupannya. Ia mencatat bahwa kehadirannya tidak bisa dilepaskan dari budaya pop, yang muncul melalui film "Filosofi Kopi." Film ini memainkan peran penting dalam membentuk konsep kafe sebagai tempat ngobrol serius, di mana kopi menjadi simbol kehidupan, senja, dan asmara.
Andina merinci bahwa budaya pop tidak hanya mencakup hiburan semata, tetapi juga menyeret isu-isu sensitif seperti agama dan etnis. Karya seni populer seperti "Ayat-ayat Cinta" dan "Cek Toko Sebelah" memainkan peran dalam membentuk pandangan masyarakat, bahkan menciptakan polarisasi dan kesadaran mengenai diskriminasi sosial.
Dalam penjelasannya, Andina tidak hanya menguraikan realitas budaya pop, tetapi juga mengaitkannya dengan identitas sosial. Dengan merujuk pada Ariel Heryanto, ia menegaskan adanya hubungan erat antara kenikmatan dan identitas, di mana penonton film secara tidak langsung memproyeksikan diri mereka ke dalam cerita yang ditonton.
Lebih lanjut, Andina menyoroti hubungan budaya pop dengan kelas sosial menengah ke atas. Ia membahas bagaimana tren kecantikan Korea Selatan memengaruhi praktik perawatan kulit di kalangan mereka yang khawatir akan penuaan. Dengan cermat, ia menggambarkan realitas di mana orang rela mengeluarkan uang besar untuk perawatan kulit agar terlihat muda dan bebas kerutan.
Selain membahas aspek budaya pop, Andina memperluas pembahasannya ke realitas sosial Jakarta dengan menghadirkan sejumlah judul seperti "Numpang Parkir," "Kantor Berita Medsos," dan "Dokter Amin." Melalui judul-judul ini, ia mengangkat isu-isu sepele yang sebenarnya mencerminkan persoalan serius dalam kehidupan sehari-hari.
Andina membahas kompleksitas hubungan antara lahan, mobil, dan gaya hidup di Jakarta. Ia mengkritisi kebijakan yang memungkinkan seseorang membeli dua mobil tanpa mempertimbangkan ketersediaan lahan parkir pribadi. Dalam konteks konflik Rusia-Ukraina, Andina menunjukkan bagaimana informasi kompleks dapat disederhanakan menjadi bahan gosip sehari-hari.
Dengan cerita-cerita seperti "Numpang Parkir" dan "Dokter Amin," Andina berhasil menggambarkan fenomena sosial yang bisa menjadi materi kajian mendalam. Dia tidak hanya melihat Jakarta sebagai ibu kota, tetapi juga sebagai episentrum gejolak Indonesia.
Buku "Menua dengan Gembira" bukan hanya sebuah kumpulan esai yang menghibur, tetapi juga menyajikan pemahaman mendalam tentang realitas sosial Jakarta. Dengan gaya penulisan yang ringan dan jenaka, Andina Dwifatma mampu menyampaikan pesan-pesan serius tanpa mengesampingkan esensi permasalahan yang dihadapi masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Identitas Buku
Penulis: Andina Dwifatma
Penerbit: Shira Media, Yogyakarta
Tahun Terbit: Cetakan I, 2023
Tebal Buku: 142 halaman
ISBN: 978-602-7760-70-7