Berdamai dengan Kegagalan Lewat Buku 'Seni Menjaga Kewarasan Hidup'

Hikmawan Firdaus | Sam Edy
Berdamai dengan Kegagalan Lewat Buku 'Seni Menjaga Kewarasan Hidup'
Ilustrasi Buku 'Seni Menjaga Kewarasan Hidup'.[elexmedia.id]

Buku karya Sebastian Wahyu ini berisi kumpulan artikel beragam tema yang penting untuk dibaca dan renungi bersama. Buku genre pengembangan diri atau self improvement ini diterbitkan oleh penerbit Quanta, Elex Media Komputindo (Jakarta, 2020).

Salah satu tema yang dibahas dalam buku “Seni Menjaga Kewarasan Hidup” (Agar Hidup Selalu Terhindar dari Vonis Sebagai Orang Gila) ini tentang pentingnya berdamai dengan kegagalan. Menurut Sebastian, kegagalan adalah salah satu bagian dari begitu banyak proses kehidupan yang diciptakan oleh Tuhan. 

Bila Tuhan tidak menciptakan kegagalan, saya rasa seluruh umat manusia tidak akan bisa merasakan bagaimana nikmatnya keberhasilan. Kegagalan juga dapat membuat manusia berkembang. Melalui kegagalan pula, Allah menegur hamba-Nya agar mereka tidak merasa besar, agar mereka tidak merasa sempurna dan pintar, agar mereka tahu bahwa dirinya banyak kekurangan (hlm. 51-52).

Dalam hidup ini, mestinya setiap orang berusaha memperjuangan impiannya. Kalau impian kita ingin masuk surga, maka harus berusaha memperbanyak amal ibadah dan menjauhi larangan-Nya. Kalau ingin memiliki harta atau rezeki halal berlimpah, maka kita harus berusaha bekerja dengan susah payah, pantang menyerah, dan tetap mematuhi rambu-rambu-Nya. Begitu seterusnya.

Gapailah impian setinggi langit. Tak perlu menggubris omongan orang yang menganggap kita terlalu muluk-muluk bahkan menganggap gila dengan cita-cita kita. Tak perlu merasa sedih ketika ada orang yang tidak suka dan ingin menjatuhkan kita. Karena hidup di dunia ini, biasanya ada saja orang yang tidak menyukai kita. 

Seberapa hebat diri kita, seluar biasa apa pun kontribusi Anda, segigih apa pun kita meyakinkan mereka, dan sebaik apa pun perilaku kita, kita tak akan lolos dari celaan dan cercaan orang lain (hlm. x). 

Menangis adalah tema tulisan berikutnya yang patut dijadikan bahan introspeksi bersama. Menangis adalah hal lumrah bagi setiap orang, entah itu menangis karena disebabkan baru mendapatkan kebahagiaan maupun kesedihan. 

Coba sekarang kita ingat-ingat, selama ini kejadian apa saja yang biasa kita tangisi? Jangan-jangan kita sering menangisi hal-hal yang tidak penting seperti menangis saat ditinggal pacar atau kekasih hati. Tapi giliran kita melakukan maksiat, kita malah tidak menangis, bahkan malah tertawa saat melakukan larangan-Nya.

Menangis yang baik itu misalnya ketika kita sedang menyesali perbuatan maksiat atau menangis ketika kita mendengar ayat-ayat-Nya dibaca oleh seseorang. Dalam buku ini penulis memaparkan perkatan Ibnu Umar, “Sungguh, menangis karena takut kepada Allah itu jauh lebih aku suka daripada berinfak uang seribu dinar.”

Dalam hadits riwayat Tirmidzi, Rasulullah Saw. bersabda, “Ada dua buah mata yang tidak akan tersentuh api neraka, mata yang menangis karena merasa takut kepada Allah, dan mata yang berjaga-jaga di malam hari karena menjaga pertahanan kaum muslimin dalam (jihad) di jalan Allah” (hlm. 111).

Mudah-mudahan terbitnya buku ini dapat menjadi sarana bagi para pembaca untuk merenungi diri dan berusaha memperbaiki kualitas diri. Selamat membaca.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak