Athar Farha, penulis kelahiran Purbalingga ini telah menerbitkan sejumlah novel di antaranya, Final, Different, Abdullah, dan Issues (akan segera difilmkan). Selain itu beliau adalah seorang content creator channel: MOVEL (Movie & Novel Review).
Fenomena Pemukiman Bunglon adalah kumpulan cerpen karyanya yang berisikan cerpen-cerpen bertemakan masalah sosial, seperti: kemiskinan, prostitusi, penyimpangan seksual, seks bebas, dan sebagainya.
Cerpen pembuka di buku ini berjudul Alif, berkisah tentang seorang lelaki yang mengunjungi rumah mantan istrinya setelah sekian lama. Perpisahan yang telah lama terjadi, tapi masih menimbulkan penyesalan di dalam hati sang lelaki. Cerpen ini berakhir dengan ending yang menyesakkan.
Penyesalan kembali menjalar. Tubuhku kehilangan kemasifan bagaikan terempas. Penyesalan seperti meremas kuat di setiap urat, lalu menjelma menjadi pemantik membakar kegersangan hatiku. Bagaimana bisa setega ini? Menelantarkan perempuan yang begitu ikhlas menerima kenyataan perihal kehidupanku. (hlm 4)
Lalu ada cerpen yang ending-nya berhasil menipu saya, berjudul Kupu-Kupu Senja. Dari judulnya saja tentu kalian juga bisa menebak menceritakan tentang apakah cerpen ini.
Cerpen ini diawali dengan kegiatan sang tokoh yang tengah bersiap-siap untuk berangkat kerja.
Sesaat bimbang memilih model rok mini. Setelah itu, bingung mengatur tatanan rambut. Usai memoles wajah dengan make-up tebal, sesudah mengoleskan batang lipstik merah di bibir, setelah menata kelentikan alis mata dengan eye-liner, baru aku mengambil sebotol bir di dalam kulkas. Orangtuaku tidak berani berkomentar. Mungkin karena bosan menceramahi. (hlm 8)
Cerita bergulir sampai ketika sang tokoh terjaring razia dan dibawa ke kantor polisi. Di akhir cerita inilah terungkap jati diri dari sang tokoh yang mencengangkan saya.
Sementara cerpen yang juga menjadi judul buku ini, Fenomena Pemukiman Bunglon, berkisah tentang pemukiman di sebuah pembuangan sampah terakhir.
Para warga di sana langganan terserang penyakit karena hidup di lingkungan kumuh. Sampai suatu hari, satu keluarga tewas mengenaskan karena keracunan makanan yang dipungut dari tempat sampah.
Pria tua lantas berseru, “Ayo makan dulu!”
Mereka kegirangan melihat makanan lezat dijinjingnya. Di teras berlantaikan tripleks kering berdebu, tikar digelar. Makanan mulai dibagikan. (hlm 13)
Akhir yang ironis terjadi, ketika berkat kematian satu keluarga tersebut, pemukiman kumuh tadi mendapat bantuan sembako dari pemerintah.
Kumpulan Cerpen terbitan dari Penerbit JWriting Soul Publishing (2019) ini terdiri dari 25 buah cerpen. Beberapa cerpen yang tak kalah menarik untuk disimak, di antaranya: Sekuntum Penyesalan, I Love You, Dad, Malaikat Kecilku, Sebuah Kado, dan lain sebagainya.
Meskipun untuk ukuran cerpen, sebagian besar dari cerpen-cerpen di dalamnya teramat pendek. Namun, semuanya dihadirkan dengan begitu padat, menghentak, tanpa basa basi. Langsung ditembakkan ke pusat sasaran.
Demikian ulasan dari saya, semoga bermanfaat.