Usai serangan mendadak aliansi Amerika Serikat dan Inggris ke markas milisi Houthi di Yaman pada Kamis (11/1/2024) kemarin, kini, pihak milisi Houthi bersiap-siap untuk meluncurkan serangan balasan yang kemungkinan akan menargetkan kapal-kapal tempur Amerika Serikat maupun Inggris.
Dilansir dari laman indomiliter.com, pada Jumat (12/1/2024), pihak milisi Houthi mulai mempersiapkan beragam alutsistanya, termasuk berbagai macam jenis rudal anti-kapal yang mereka miliki saat ini.
Berdasarkan data dari International Institute for Strategic Studies (IISS), milisi Houthi diketahui memiliki beberapa jenis rudal anti-kapal buatan industry dalam negerinya yang bekerja sama dengan pihak dari Iran.
Dari beberapa jenis rudal yang dimiliki oleh pihak Houthi, 2 jenis rudal anti-kapal, yakni rudal Rubezh dan rudal Mohit merupakan 2 jenis rudal jelajah anti kapal yang tengah dipersiapkan oleh milisi terbesar di Yaman tersebut.
Uniknya, kedua rudal ini kendati merupakan pengembangan dari rudal tua era perang dingin, akan tetapi diklaim memiliki kemampuan pelacakan modern.
Rudal Rubezh yang Dikembangkan dari P-15 Termit Buatan Uni Soviet
Rudal pertama yang tentunya perlu diwaspadai oleh aliansi Amerika Serikat dan Inggris adalah Rudal Rubezh. Dilansir dari laman militarytoday.com, rudal ini sejatinya merupakan rudal P-15 Termit buatan Uni Soviet yang lahir sejak dekade 1960-an silam.
Namun, kendati dianggap sebagai salah satu rudal tua dalam alutsista Houthi, rudal ini diklaim telah mengalami proses modifikasi sehingga memiliki sistem pelacakan GPS sehingga dapat lebih akurat.
Rudal yang varian aslinya pernah digunakan oleh TNI-AL pada dekade 1960-1970an tersebut diklaim memiliki jarak maksimum sekitar 90 km dan kecepatan 1.100 km/jam.
Selain itu, rudal yang memiliki bobot sekitar 2 ton tersebut diklaim mampu dipersenjatai hulu ledak konvensional maupun nuklir.
Rudal Mohit, Dikembangkan dari Sistem Rudal Anti Pesawat S-75 Dvina
Selain Rubezh, rudal canggih yang diklaim juga disiapkan oleh pihak Houthi untuk membalas serangan Amerika Serikat adalah Mohit.
Dilansir dari laman indomiliter.com, rudal yang mulai diperkenalkan sejak tahun 2022 tersebut merupakan pengembangan dari sistem rudal anti pesawat era 60-an, yakni S-75 Dvina buatan Uni Soviet.
Kemungkinan besar pihak Houthi bekerja sama dengan industri persenjataan Iran untuk merekayasa balik rudal S-75 Dvina sehingga mampu menyerang target kapal permukaan.
Rudal ini diklaim mampu menargetkan kapal musuh dengan jarak antara 45-50 km dengan kecepatan maksimal hingga mach 3.5.
Rudal yang memiliki berat sekitar 2 ton lebih tersebut diklaim dapat diluncurkan dari platform darat maupun kapal tempur. Sama seperti rudal P-15 Termit, varian S-75 juga pernah digunakan oleh TNI saat dekade 1960an hingga 1980-an untuk menjaga wilayah udara Indonesia kala itu.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS