False Beat merupakan novel perdana dari Vie Asano dan diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama (2018). Berbeda dari novel kebanyakan, False Beat melatarbelakangi ceritanya dengan kehidupan anak band di dunia industri musik. Berikut ulasan saya untuk novel ini.
Kanaya terpaksa menjadi road manager sebuah band yang sedang naik daun di Indonesia, Keanu & The Squad, karena terlilit utang dengan omnya, pemilik dari Putra Entertainment, yang menjadi manajemen artis dari band tersebut.
Kanaya—yang baru kembali dari Jepang setelah tiga tahun menjadi pekerja magang di sana dan terbiasa dengan etos kerja orang Jepang yang disiplin—harus berhadapan dengan Keanu, sang vokalis band, yang sering membuatnya kehilangan akal.
Dua bulan perjalanan roadshow Keanu & The Squad jadi penuh drama, karena Keanu kerap kali menghilang dan mangkir di beberapa jadwal acara di kota-kota yang mereka datangi. Aya jadi berulang kali naik darah dalam menghadapi kelakuan Keanu yang dianggapnya tak disiplin.
Demi memperbaiki kelakuan Keanu, Aya nekat mendatangi Kevin, kembaran Keanu yang sekaligus seorang pengacara muda. Ia berharap, Kevin membantunya memberikan nasihat untuk Keanu agar mau lebih bekerja sama agar roadshow dapat berjalan lancar.
Di luar dugaan, dari pertemuannya dengan Kevin dan pertemuan tak sengaja dengan Keanu di sebuah rumah sakit saat kembali cowok slengean itu menghilang, Aya jadi mengetahui sebuah rahasia besar tentang Keanu yang harus disimpannya rapat-rapat.
Novel False Beat menggunakan alur maju dengan sudut pandang dari orang ketiga. Gaya bahasa yang digunakan ringan, mengalir, sehingga tak butuh waktu lama bagi saya untuk menyelesaikannya.
Tema cerita yang diusung meskipun mainstream tapi menjadi menarik karena dibalut dengan unsur musik dan kehidupan anak band. Setiap bab juga memiliki penamaan yang unik, seperti Intro untuk menyebut prolog, Encore untuk epilog, sedangkan bab diganti dengan Verse, Pre-chorus, Chorus, dan Bridge.
Karakter para tokohnya sangat kuat, terutama Keanu, yang digambarkan sebagai bad boy, slengean, cuek, suka ngomong seenaknya. Pokoknya ngeselin. Sedangkan Aya, cewek yang disiplin, pekerja keras, sering uring-uringan, dan tidak sadar punya muka yang komikal.
Berbanding terbalik dengan Keanu, karakter Kevin digambarkan sebagai good guy, menguasai banyak bahasa, dan kaku secara pembawaan maupun emosi. Beberapa karakter lain dari para tokoh pendamping juga menarik, seperti Key, yang anggun dan cantik bak Kate Middleton.
Kehadiran para tokoh pendamping tidak bisa diabaikan, karena mereka memberikan warna lain pada cerita. Seperti para personil band dengan berbagai karakter, terutama Jonas, yang rajin meditasi. Lalu para sahabat Aya yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk gadis itu.
Penampilan Keanu & The Squad saat roadshow keliling Indonesia memang hanya mendapat porsi kecil. Tapi, ‘bocoran’ di awal tentang aksi panggung mereka yang terinspirasi dari grup band Jepang, One OK Rock, cukup memberikan gambaran pada saya akan performance Keanu & The Squad di atas panggung.
Secara keseluruhan saya sangat puas dengan False Beat. Untuk sebuah debut perdana, novel ini digarap dengan sangat apik. Konflik cerita yang disajikan cukup dalam, romance-nya tipis-tipis tapi manis, dan plot twist-nya lumayan tidak mudah tertebak.
Kesimpulannya, novel ini sudah buat saya jatuh hati dengan para tokohnya dan tak hanya menyuguhkan tentang konflik intern, tapi di dalamnya juga ada pengetahuan tentang dunia musik, ikatan keluarga, persahabatan, dan tentu saja, cinta.