Bicara tentang definisi atau makna kebahagiaan itu memang menarik dan seolah tak pernah ada habisnya. Karena masing-masing orang memiliki persepsi tentang kebahagiaan. Artinya, kebahagiaan yang dirasakan antara satu orang dengan orang lainnya itu berbeda-beda.
Perihal makna bahagia, dalam buku ‘Bahagia itu (Tidak) Sederhana’ diterangkan bahwa menurut Aristoteles, kebahagiaan hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang merasa puas terhadap diri sendiri dan apa yang dimilikinya. Itu berarti, kebahagiaan berhubungan dengan perasaan yang ada di dalam diri Anda.
Bicara tentang kepuasaan, tentu masing-masing orang berbeda-beda. Saya ambil contoh: ada orang yang sudah puas ketika memiliki rumah meski hanya rumah sederhana. Namun, ada juga orang yang belum puas dengan rumah sederhana yang dimilikinya. Bahkan orang yang sudah punya rumah bagus sekali pun ada yang belum puas dan ingin segera merenovasinya agar berubah menjadi rumah yang mewah.
Jadi bisa disimpulkan, orang yang belum merasa puas dengan apa yang dimiliki, meski pun dia tergolong orang yang sangat kaya-raya, maka dia belum bisa dikatakan sebagai orang yang bahagia.
Dalam konsep Aristoteles, orang yang bahagia adalah orang sudah yang sudah bisa mencapai kebahagiaan. Dan, orang bahagia sudah tidak memerlukan apa-apa lagi. Sebab menurutnya, bila orang bahagia masih memerlukan sesuatu yang lain, maka dia belum mencapai kebahagiaan (hlm. 16).
Saya pikir setiap orang akan bersepakat bahwa uang adalah salah satu faktor penunjang kebahagiaan. Saya katakan salah satu faktor karena masih banyak faktor lain yang mengantarkan seseorang pada kebahagiaan. Meski faktanya, tak semua orang yang memiliki uang itu bahagia.
Saya ambil contoh, ada orang yang memiliki banyak uang tapi dia tidak bahagia karena sedang menderita suatu penyakit yang mengharuskan dirawat cukup lama di rumah sakit. Bagi orang-orang yang sedang sakit, mungkin uang tak ada artinya karena yang paling utama adalah kesembuhan. Sementara kesembuhan dari suatu penyakit tak bisa ditukar dengan uang atau kekayaan sebanyak apa pun.
Kesimpulannya, uang memang tak dapat membeli kebahagiaan, tetapi dapat memuluskan jalan meraih kebahagiaan sejati. Hal terpenting dan harus dicatat baik-baik adalah Anda harus bijak dalam mengelola dan menggunakan uang. Anda juga harus berhati-hati dalam mencari uang sehingga uang yang Anda miliki tidak termasuk kategori uang haram (hlm. 68).
Bagi Anda yang sedang butuh motivasi tentang cara menjalani hidup bahagia, saya sarankan untuk menjadikan buku karya Saviola Abimanyau (terbitan Laksana, Yogyakarta) ini sebagai salah satu buku panduan yang asyik dan menarik. Selamat membaca semoga hidup Anda berbahagia.