Novel Senjakala diterbitkan oleh penerbit Bukune Kreatif Cipta pada tahun 2018. Penulisnya, Risa Saraswati, kerap mendongengkan kisah-kisah dunia lain kepada kelima teman hantunya: Peter, Hans, William, Hendrick, dan Janshen. Dalam buku ini Risa membagikan kisah tentang Senjakala kepada mereka.
Pukul enam sore sampai tujuh malam menjadi waktu pantangan bagi Risa untuk beraktivitas di luar rumah. Sejak kecil, sang nenek selalu mengatakan ‘pamali’ jika Risa masih berkeliaran di luar rumah di saat senja seperti itu.
Suatu kali Risa pernah terlalu asyik bermain dan baru kembali ke rumah pada pukul tujuh malam. Ia bermimpi buruk setelahnya dan esoknya demam tinggi.
Setelah diinterogasi neneknya, Risa mengaku bahwa ia main di atas pohon dekat rumah. Dan, diketahui kemudian ada hantu perempuan yang menempel’ pada Risa. Hantu penghuni pohon yang dipanjat Risa.
Risa juga melarang William, Hans, Peter, dan lainnya berkeliaran di jam tersebut. Meskipun kelimanya hantu, tapi mereka adalah hantu anak-anak yang juga memiliki rasa takut jika bertemu hantu lain, apalagi yang berwajah buruk rupa.
Risa juga mengisahkan tentang hantu penculik anak yang kerap disebut Kalong Wewe. Kisah itu terjadi pada saudara Risa sendiri, Iyan. Iyan yang gemar membangkang ibunya, sengaja tak langsung pulang ke rumah seusai sekolah.
Iyan bermain-main di pematang sawah sampai ketiduran di saung. Setelahnya Iyan dikabarkan hilang. Memasuki tujuh hari kedua orang Iyan nyaris pasrah, sampai kemudian datang seseorang mengulurkan bantuan. Ternyata selama Iyan menghilang, ia tinggal bersama Kalong Wewe yang menyebut dirinya Ibu.
Kisah-kisah hantu lainnya yang diceritakan Risa kepada kelima sahabat hantunya adalah kisah tentang Sukma, seorang penari yang lalu bersekutu dengan setan dan berakhir menjadi Kalong Wewe.
Kemudian kisah gadis kecil bernama Kinanti yang masih ‘menunggu’ ayahnya kembali. Meskipun ayahnya—yang diculik tentara Jepang di hari Kinanti ditembak bersama ibunya—dipastikan tak akan pernah kembali.
Lalu ada kisah Jodi, yang dikerjai teman-temannya saat bermain petak umpet di gudang sekolah yang berhantu. Kisah Dewi Kunti, suster yang gantung diri di ruang isolasi rumah sakit, dan beberapa kisah lainnya.
Cerita yang paling menyentuh bagi saya, yaitu kisah seorang sopir taksi bernama Agus. Doa dari sang ibulah yang kemudian menyelamatkan Agus yang menjadi tumbal dan meninggal dalam kecelakaan, setelah penumpangnya memberi bungkusan berisi uang puluhan juta rupiah. Agus hidup kembali walau jenazahnya sudah dikafani.
Gaya bahasa penulis amat ringan, mudah dicerna, disisipi dengan dialog-dialog jail dari para hantu kecil untuk menggoda Risa yang sangat heartwarming.
Di dalam buku ini juga ada surat-surat wasiat yang ditujukan Risa untuk para sahabatnya tersebut. Dalam salah satu surat ada sedikit kekurangan karena seharusnya menggunakan font yang berbeda, seperti di surat-surat lainnya.
Saya lebih setuju jika buku ini disebut kumpulan cerita pendek daripada novel, seperti keterangan yang tersemat di barcode cover belakang. Apalagi di dalamnya memang terdiri dari beberapa cerita yang berdiri sendiri.
Banyak pembelajaran yang bisa diambil dari kisah-kisah Senjakala, salah satunya untuk selalu mendengarkan apa yang disampaikan orang tua terutama ibu. Karena bisa jadi kalian akan menyesal jika sampai membangkang, seperti yang dialami beberapa tokoh dalam buku ini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS