Novel Petualangan ke Tiga Negara: Perjalanan Edukasi yang Sarat Pengetahuan

Hernawan | Rie Kusuma
Novel Petualangan ke Tiga Negara: Perjalanan Edukasi yang Sarat Pengetahuan
Cover novel Petualangan ke Tiga Negara (Dok. Ipusnas)

Saya sangat bersemangat untuk segera membaca buku Petualangan ke Tiga Negara, ketika mendapatkan buku tersebut di menu pencarian Ipusnas. Buku ini merupakan karya dari Thomas Utomo, seorang guru, penulis, dan juga member dari Yoursay, yang Desember tahun lalu baru saja berpulang ke rahmatullah.

Saya banyak belajar bagaimana cara mengulas buku yang baik melalui tulisan-tulisan beliau di platform digital Yoursay. Saya cukup merasa kehilangan ketika mendengar berita kematiannya dari seorang kawan. Semoga melalui tulisan ini saya dapat membagikan kepada para pembaca tentang salah satu karya terakhir dari Mas Totok.

Novel Petualangan ke Tiga Negara terbitan Indiva Media Kreasi pada tahun 2018 ini, pernah menjadi nominasi Buku Fiksi Anak Terbaik Tingkat Nasional pada tahun 2019, yang diadakan Islamic Book Award bekerja sama dengan Ikatan Penerbit Indonesia di Jakarta Convention Center.

Adapun novel anak ini berkisah tentang petualangan Nara beserta 15 orang temannya, menjelajahi tiga negara, Singapura-Malaysia-Thailand, dalam program Edu Trip yang diselenggarakan sekolah mereka.

Di negara pertama yang mereka singgahi, Singapura, rombongan Nara dan teman-temannya langsung terlibat masalah. Sang ketua rombongan, Pak Huda, harus berurusan dengan petugas imigrasi di Changi Airport karena kecerobohan yang dilakukannya.

Di Singapura Nara sang tokoh utama kita dan teman-temannya berkelana ke Pulau Sentosa. Mereka menonton pertunjukan Wings of Time, pergi ke Merlion Park, Kampung Glam, dan juga berkunjung ke New Water untuk melihat proses penyulingan air limbah menjadi air bersih siap pakai dan ke berbagai tempat lainnya.

Di negara kedua, Malaysia, rombongan Nara mengarungi Sungai Melaka. Mereka juga ikut belajar di sekolah-sekolah Malaysia: Sekolah Kebangsaan Saint Paul dan Sekolah Al Marbawi. Di Al Marbawi, Nara dan teman-temannya diajarkan cara bermain woodball. Tak disangka peralatan bola kayu tersebut ternyata dibeli dari Wonosobo, Jawa Tengah.

Di dua sekolah tersebut, baik rombongan Nara maupun dari sekolah Saint Paul dan Al Marbawi saling mempresentasikan kebudayaan masing-masing. Seperti Nara yang menampilkan atraksi bela diri Tapak Suci. Selain itu mereka juga saling bertukar cinderamata dan mengadakan pertandingan persahabatan.

Negara ketiga yang dijelajahi oleh Nara beserta teman-temannya dan para guru pendamping adalah Thailand. Di Negeri Gajah Putih ini tak ada program Edu Trip yang dilaksanakan. Kegiatan mereka tinggallah menikmati sisa perjalanan di negara terakhir tersebut.

Secara keseluruhan novel anak Petualangan Tiga Negara menyuguhkan pengalaman membaca yang menyenangkan, baik untuk pembaca dewasa maupun anak-anak. Ini dikarenakan isinya sangat informatif.

Pembaca akan dikenalkan tentang sistem pendidikan di luar negeri, tempat-tempat wisata, sampai ke kebiasaan dan peraturan yang berlaku di tiap negara yang dikunjungi Nara beserta guru dan teman-teman. Salah satunya ketiga mengunjungi negara Thailand. Negara tersebut terkesan semrawut, kabel-kabel listrik begitu banyak, melingkar-lingkar di tiang listrik. Atau bahkan ada yang hanya disangkutkan di batang pohon. Namun, ternyata itu menjadi ciri khas negara tersebut.

Di Thailand juga banyak terdapat pagoda dan di sepanjang provinsi Songkhla banyak foto Raja Thailand bertebaran. Nanan, salah seorang peserta Edu Trip sempat berkomentar bahwa Raja Thailand eksis habis. Nara mengingatkan untuk tidak berucap sembarangan, karena bisa dianggap menghina raja.

“Kamu belum tahu ya? Di Thailand itu ada peraturan dilarang menghina raja dan keluarganya. Buat yang melanggar, bisa dipenjara.” (Hal. 125)

Melalui perjalanan yang dilakukan Nara, ia jadi bisa melihat sifat asli teman-temannya. Seperti Nanan yang kerap mencela makanan, sering mengeluh, dan egois. Reno yang menangis terus karena kangen rumah, Arga yang peduli dan tidak mementingkan diri sendiri, Igor yang ketika di homestay selalu ringan tangan membantu Bu Ami, salah seorang guru pendamping, serta Bima yang cekatan.

Menggunakan alur maju setiap karakter dari para tokoh di novel ini digarap sempurna. Bahasa yang digunakan lugas dan mudah dimengerti oleh anak-anak maupun orang dewasa.

Konflik dalam cerita beragam tapi ringan. Setiap konflik yang terjadi akan langsung dituntaskan, jadi tak sampai berlarat-larat. Pesan cerita sangat banyak, seperti untuk selalu menjalankan shalat 5 waktu, menghormati peraturan yang ada di setiap negara tujuan, cinta tanah air, menghargai perbedaan, dan lain-lain. 

Sebagai sebuah novel yang sasaran pembaca utamanya adalah anak-anak, novel Petualangan di Tiga Negara sangat saya rekomendasikan karena sarat akan pesan dan petuah tanpa terkesan menggurui, serta menyuguhkan perjalanan edukasi yang sangat menyenangkan dan sarat pengetahuan.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak