The Infinite Quest merupakan novel bergenre crime thriller karya dari penulis bernama Fino Y.K. Novel ini diterbitkan pertama kali oleh Penerbit Elex Media Komputindo pada tahun 2022.
Adalah Laura, seorang reserse yang suatu kali dimintai tolong oleh tantenya, Tante Windy, untuk menemukan anaknya yang bernama Gading. Sepupu Laura ini sudah lama kabur dari rumah. Dia memilih menggelandang di jalan-jalan karena ada hal besar terjadi, yang menyebabkan kerenggangan dalam hubungan Gading dengan kedua orangtuanya.
Dalam pencarian tersebut Laura tidak sendiri. Gadis muda itu dibantu anak buahnya, Jordan dan rekan satu timnya, Sugi. Melalui penyelidikan terhadap laporan atas hilangnya sejumlah gelandangan yang diciduk satpol PP, pencarian Gilang justru membawa mereka untuk mengungkap kasus yang lebih besar melibatkan pemilik sosial media Sriverse, Artawan Narpati.
Akankah Laura dan kedua temannya bisa menemukan Gilang? Bagaimana mereka menghadapi Artawan yang berlindung di balik kedok humanis dan pengusaha bersih tak bercela?
"Kehidupan ini sangat berharga. Kita harus berusaha sebaik mungkin untuk menjaganya. Gelas yang ada di depan kita ini saja bisa berusia ribuan tahun. Mengapa kita tidak bisa?" (hlm. 32)
Saya sangat tertarik dengan premis cerita dalam novel The Infinite Quest yang diangkat oleh penulis, yaitu tentang teknologi awet muda yang dikembangkan oleh seseorang berjuluk The Master, yang bisa memberikan umur panjang.
Namun, pengembangan teknologi tersebut tentu saja melibatkan cara-cara kotor dan ‘sakit’ yang butuh banyak korban jiwa. Sebuah resiko yang dengan senang hati diterima Artawan Narpati, karena bisnis ini mampu mendulang keuntungan jutaan dolar.
Saya juga menyukai alur cerita novel The Infinite Quest yang sat set, rapi, mengalir dengan cepat dan memanjakan pembaca dengan sejumlah aksi heroik yang dilakukan Laura dan kedua orang rekannya. Seperti saat adegan kebut-kebutan antara Laura dan Artawan. Itu sangat keren dan ikut memacu adrenalin pembaca.
Oh iya, novel ini ternyata seri kedua bagi duo Laura dan Sugi. Beberapa kali dalam buku ini sang penulis menyebutkan tentang kasus sebelumnya, yang berhasil dipecahkan Laura-Sugi di buku pertamanya, Silent Demon.
Mungkin itu sebabnya, mengapa saya merasa karakter para tokohnya kurang tergali dengan baik di sini. Sepertinya, karena tentang karakteristik mereka sudah dijabarkan dalam buku pendahulunya. Jadi, tak banyak yang bisa saya tangkap dari karakter para tokohnya di novel seri kedua ini. Namun seharusnya, itu kesempatan bagi penulis untuk lebih mengembangkan karakteristik dari Artawan Narpati.
Latar tempat berlokasi di Jakarta dan sekitarnya. Jadi sebagai pembaca, saya cukup familiar dengan daerah-daerah yang disebutkan dalam cerita. Namun, saya agak terganggu dengan sejumlah ‘plesetan kata’ dalam novel ini, seperti Outstagram (dari Instagram), Doogle (dari Google), dan lain-lain. Saya pikir penulis bisa menciptakan istilah baru ketimbang memelesetkan kata.
Kekurangan yang ada pada The Infinite Quest yaitu banyaknya faktor kebetulan. Kebetulan Laura kenal dengan Sandi, yang kantornya sedang tender dengan perusahaan Artawan Narpati. Kebetulan Sandi juga yakin mereka akan memenangi tender tersebut.
Kebetulan Sugi kenal dengan sekuriti di apartemen milik Artawan, kebetulan pula sekuriti tersebut pernah berhutang budi pada Sugi jadi pasti akan membantu. Kebetulan Laura ‘nemu’ Tesla jadi bisa mengejar Porsche Artawan, dan lain-lain.
Jika hanya satu dua saja kebetulan yang ada dalam cerita, itu masih sangatlah wajar. Namun, jika lebih dari itu sebagai pembaca tentu saja saya agak kecewa. Harusnya cerita bisa lebih dibangun tanpa melulu mengandalkan faktor kebetulan.
Tapi, itu hanya sedikit kekurangan dari novel ini. Selebihnya, novel The Infinite Quest sangat layak diapresiasi. Apalagi ada plot twist di akhir cerita dan ternyata ada hal manis terjadi antara Sugi-Laura yang bikin saya ingin membaca seri ketiganya yang juga telah terbit.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS