“Reality Bites” yang diproduksi oleh Jersey Films dan didistribusikan oleh Universal Pictures, adalah sebuah persembahan sinema yang menangkap esensi dan keresahan generasi X. Filmnya disutradarai oleh Ben Stiller yang juga memerankan peran sentral, dan dirilis pertama kalinya pada 18 Februari 1994.
Film “Reality Bites” berkisah tentang Lelaina Pierce (Winona Ryder), seorang alumni jurusan film yang berusaha menavigasi kehidupan pascakuliah di tengah-tengah krisis ekonomi dan sosial Amerika Serikat pada awal dekade 90-an.
Dalam upayanya menemukan makna hidup, Lelaina merekam kehidupan sehari-hari dirinya dan teman-temannya untuk sebuah dokumenter yang dia sebut: "Reality Bites" (Kenyataan Menggigit).
Pandangannya tentang kehidupan berubah ketika Lelaina terlibat dalam hubungan asmara yang rumit dengan dua pria berbeda. Troy Dyer (Ethan Hawke), seorang musisi yang cenderung anti-establishment dan idealis, serta Michael Grates (Ben Stiller), seorang eksekutif televisi yang sukses. Lelaina harus memilih di antara cinta yang mewakili kebebasan dan idealisme, atau stabilitas ekonomi dan kesuksesannya.
Ulasan
Winona Ryder menampilkan aktingnya dengan baik. Ditambah kolaborasi Ethan Hawke dan Ben Stiller, rasa-rasanya mereka terlihat melebur dengan tiap karakter, sehingga menciptakan chemistry yang kuat dan saling mengisi.
Oh, iya, dari setting waktunya, aku menyaksikan gambaran sebuah realitas kehidupan sehari-hari ‘Generasi X’ dengan latar belakang ekonomi yang nggak stabil. Generasi X adalah individu kelahiran antara tahun 1965 hingga 1980-an.
Batas tahun kelahiran untuk generasi ini dapat bervariasi, tetapi umumnya ‘Generasi X’ hidup di antara orang-orang yang berada dalam lingkup: ‘Generasi Baby Boomers’ (yang lahir setelah Perang Dunia II) dan ‘Generasi Y atau Milenial’ (yang lahir pada 1980-an hingga pertengahan 1990-an). Paham, ya? ‘Generasi X’ tumbuh di era di mana teknologi tengah berkembang dan budaya yang perlahan berubah, di antara dua generasi lainnya.
Dengan arahan sutradara yang cerdas, “Reality Bites” berhasil menangkap atmosfer dekade 90-an dengan latar belakang yang terlihat meyakinkan. Sinematografi filmnya juga memberikan kedalaman dan intensitas pada setiap adegan.
Satu hal, konflik paling kentara; film ini menggali konflik internal generasi X yang mempertahankan idealismenya atau lebih memilih kenyataan.
Di sini, Lelaina dihadapkan pada pilihan antara cinta dengan Troy, yang mewakili kebebasan dan idealisme, atau kestabilan ekonomi dengan Michael, yang memahami realitas kompromi untuk mencapai sukses. Tentu saja, hal demikian merepresentasikan pertarungan batin.
Selain itu, “Reality Bites” menjadi sarana untuk kritik sosial dengan memberikan gigitan tajam terhadap norma dan stereotip. Dialog cerdasnya menyindir pandangan sosial dan budaya.
Ajaibnya, “Reality Bites” tetap relevan hingga tahun 2024 dengan tema-tema yang diangkatnya, dan film ini tetap menjadi cerminan dalam memaknai hidup.
Pada akhirnya, “Reality Bites” telah mencatat jejak kritis sosial pada zamannya. Dengan akting yang mengesankan, narasi yang mendalam, dan penggambaran yang tajam terhadap masa itu, film ini tetap menjadi sebuah pengalaman mendalam bagi setiap penonton, kendatipun ditonton generasi zaman sekarang. Skor dariku: 7,5/10. Rasa-rasanya cukup sulit menonton film lawas bila itu bukan film yang bagus.
Kamu yakin nggak mau nonton film ini? Kalau ada waktu luang, sempatkanlah.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS