Terdapat 11 judul cerita dalam buku kumpulan cerpen Mincuk yang begitu menarik ini. Kesebelas judul tersebut adalah Kartu, Minten, Mincuk, Bau, Radio, Kacamata, Ketiak, Wajah, Perahu Kertas, Musilah Sudah Mengusirnya, dan Slada Husar di Tengah Hari.
Sebagian besar cerpen-cerpen dalam buku Mincuk ini sudah pernah dipublikasikan di media massa, namun sebagian lagi ada yang belum pernah dimuat di media. Bahkan, ada pula yang masih baru lahir dari tangan penulisnya.
Bakdi Soemanto selaku penulis antologi Mincuk, pernah menjadi dosen di Jurusan Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, UGM, dan sebagai tenaga pengajar di Program Pascasarjana UGM, ISI Yogyakarta, STSI Sala, Universitas Diponegoro Semarang, dan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Ketika masih menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Daerah Istimewa Yogyakarta, Bakdi Soemanto mengambil studi S-2 di Jurusan Humaniora dan menyelesaikannya pada tahun 1985. Selama dua semester ia bertugas sebagai dosen tamu dalam Sastra Indonesia Lewat Terjemahan di Oberlin College, Ohio, dan Northern Illinois University, Chicago USA.
Salah satu cerpen yang menarik perhatian pembaca dalam buku terbitan Gama Media ini, berjudul Minten. Minten merupakan nama istri dari Parta yang sangat setia. Minten memiliki dua buah hati, yaitu Lasmi dan Tembor.
Mulanya, Parta mulai suka kepada Minten saat wanita berparas ayu ini ikut ketoprak dan memerankan sebagai Roro Mendut. Itulah dekapan pertama Parta kepada Minten di dekat makam sehabis memainkan lakon.
Kemudian disusul dekapan kedua, dan entah dekapan ke berapa kalinya yang lantas membuahkan Lasmi, anak pertamanya. Tiga bulan sesudahnya, lalu diresmikan buah dekapannya itu dengan upacara yang sangat sederhana.
Kemolekan tubuh dan keayuan muka Minten banyak menjerat lawan jenis. Termasuk Pak Laksana ketua perkumpulan ketoprak itu, Darman tetangganya, Kuslan, juga Pak Kastawa. Dengan sejuta rayuan maut mereka yang hendak menggaet Minten, namun Minten tetap kuat mempertahankan cintanya hanya untuk Parta seorang.
Dikisahkan, Pak Laksana selalu terlihat melotot penuh syahwat setiap kali Minten naik panggung. Darman pun atas bantuan Wagiya menjebak Parta dalam kasus penjualan senjata api, hingga membuat Parta ditahan selama satu tahun.
Minten dan Parta pun hidup berjauhan. Ketika Minten jauh dari dekapan Parta, Darman punya beberapa kesempatan untuk minta waktu tidur bersama Minten, namun Minten menolak.
Begitu pula dengan Pak Kastawa, ia berjanji mampu melepas Parta dari penjara asalkan dengan syarat, Minten mau menemaninya tidur dalam semalam, tapi lagi-lagi Minten menolaknya.
Sementara ibu Minten yang kurang suka dengan perangai Parta akhir-akhir ini, menjodohkan Minten untuk segera menerima cinta Kuslan yang telah lama jatuh hati. Kuslan seorang kaya raya dan sanggup menganggap Lasmi dan Tembor sebagai anak sendiri. Namun, dengan halus Minten menolak tawaran ibunya.
Cerpen ini meninggalkan kesan yang mendalam bagi para pembaca, bahwa meski begitu berkilau mutiara di depan mata, namun itu bukan milik kita, maka kita tidak boleh terbuai untuk memilikinya. Terlebih jika mutiara tersebut telah jatuh dalam dekapan orang lain.
Selain itu, dari Minten kita belajar arti keteguhan dalam menjaga cinta terhadap pasangan. Tak goyah dan bergeser sedikit pun cintanya, kendati diiming-imingi sesuatu yang berharga dan sangat bernilai.
CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS