Ulasan Kata Mata: Antologi Puisi Lirik dengan Gaya Bahasa Sederhana

Ayu Nabila | Fachry Fadillah
Ulasan Kata Mata: Antologi Puisi Lirik dengan Gaya Bahasa Sederhana
Buku "Kata Mata" karya Ibnu Wahyudi (DocPribadi/Fachry Fadillah)

Membaca puisi tentu dapat memberikan kita berbagai manfaat, salah satunya ialah memperhalus perasaan kita. Sebab, ketika kita membaca puisi, kita akan disajikan dengan berbagai keindahan metafora dan juga kekayaan sudut pandang.

Berbicara tentang puisi, pada kesempatan kali ini saya akan mengulas salah satu buku antologi puisi karya salah satu penyair Indonesia. Penasaran dengan buku yang akan saya ulas? Silakan baca artikel ini hingga tuntas!

Buku antologi puisi yang akan saya ulas pada kesempatan kali ini ialah sebuah buku karya Ibnu Wahyudi yang berjudul Kata Mata. Adapun buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 2017 oleh Penerbit ArtiSeni.

Pada buku antologi puisi ini, terdapat sembilan puluh sembilan puisi yang ditulis oleh Ibnu Wahyudi hampir setiap hari, terhitung sejak pertengahan Agustus 2016.

Lebih daripada itu, puisi-puisi yang terdapat dalam buku antologi ini pada dasarnya sudah dipublikasikan oleh penulis di berbagai media sosialnya, seperti WhatsApp, Instagram, atau Facebook. Cukup produktif, bukan?

Secara keseluruhan, puisi yang terdapat dalam buku antologi ini memiliki bentuk sebagai puisi lirik. Adapun puisi lirik merupakan salah satu bentuk puisi yang lebih menekankan kepada aspek emosional dan/atau pengalaman penulisnya.

Salah satu karakteristik lainnya pada bentuk puisi lirik ini ialah penggunaan sudut pandang atau kata ganti orang pertama (aku lirik) sebagai narator sekaligus tokoh dalam puisi.

Berbeda dengan bentuk puisi naratif yang lebih menekankan penulisannya pada penceritaan dan penokohan, puisi-puisi lirik seperti dalam buku antologi ini lebih memilih menggunakan kata ganti "aku" dan "kau" alih-alih menggunakan kata ganti "ia".

Dari seluruh puisi yang terdapat dalam buku antologi ini, terdapat satu puisi yang menurut saya sangat sentimental dengan penggunaan gaya bahasa yang sederhana tetapi tepat secara metafora, yang berjudul Dalam Setiap Letihku.

Pada bait pertama puisi ini, penulis menulis "Dalam setiap letihku/tertating asa berkarib dengan waktu/sama dikemas dalam pigura/ bernama deras masa//". Sekilas, pada bait pertama puisi ini, tidak ada penggunaan kata atau frasa yang sulit untuk dimengerti.

Namun demikian, ketika kita mencoba untuk memahami makna yang terkandung dalam bait tersebut, maka akan muncul metafora atau perumpamaan yang dapat menimbulkan ambiguitas makna dalam benak kita.

Seperti halnya buku-buku yang lain, tentu saja buku antologi puisi Kata Mata ini memiliki kelebihan dan kekurangan.

Salah satu kelebihan yang terdapat dalam buku ini, menurut saya, ialah penggunaan bahasa, gaya bahasa, dan tema yang mudah dimengerti dan berasal dari hal-hal keseharian.

Selain itu, ukuran buku yang cukup minimalis pun tampaknya menjadi kelebihan buku antologi puisi ini, karena praktis dan mudah untuk dibawa ke mana-mana.

Namun demikian, menurut saya, terdapat pula beberapa kekurangan dalam buku antologi puisi ini, salah satunya ialah puisi-puisi yang terdapat dalam buku ini sebagian besar terkesan kurang serius dalam penggarapannya (terasa main-main).

Hal tersebut justru dikarenakan oleh penggunaan bahasa dan gaya bahasa yang terlampau berasal dari bahasa sehari-hari tanpa proses pematangan yang lebih lanjut.

Kendatipun demikian, menurut saya, buku antologi puisi Kata Mata ini tetap cocok untuk kalian baca, terutama bagi kalian yang suka terhadap bentuk puisi lirik dengan bahasa dan gaya bahasa yang sederhana.

Nah, itu tadi merupakan sedikit ulasan mengenai sebuah buku antologi puisi karya Ibnu Wahyudi yang berjudul Kata Mata. 

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak