Dihampiri penulis buku dan diminta untuk membuat ulasan serta ilustrasi dari karya penulis tersebut? Apa yang akan kamu lakukan seandainya kamu ada di posisi Gemina? Simak kisah selengkapnya di novel yang satu ini.
Identitas Buku
Judul: The Visual Art of Love
Penulis: Ary Nilandari
Penerbit: Pastel Books
Jumlah Halaman: 314 Halaman
Sinopsis Novel ‘The Visual Art of Love’
Mungkinkah rasa sayang bercampur benci bisa mengabadikan seseorang dalam kepalamu?
Gemina, mahasiswi Desain Komunikasi Visual, suka “mojok” di toko buku untuk membaca serial populer. Di sinilah ia bertemu igGy (benar, G kedua kapital), penulis Trilogi Runako, yang protes karena bukunya tidak laku.
Dunia Gemina jungkir balik begitu ia menerima tawaran IgGy untuk me-review dan mengilustrasi novelnya. Trilogi Runako menjerat Gemina dalam kehidupan pribadi sang penulis. igGy ternyata identik dengan labirin menyesatkan terkait latar belakang keluarga, tunangan, dan rahasia yang ia tulis di notebook-nya.
Menelusuri labirin itu, Gemina mendapati sesuatu yang terperangkap di kepala IgGy. Sesuatu yang menjadikan IgGy sosok egois yang penuh kebencian. Sesuatu yang telah mewujud dalam trilogi Runako.
Ulasan Novel ‘The Visual Art of Love’
Gemina, sorang mahasiswi DKV yang suka mojok di toko buku untuk membaca serial favoritnya. Suatu hari ketika sedang asyik membaca di pojok, ada seorang pemuda yang mendatanginya dan menyuruhnya untuk membaca serta mengulas novel yang ditulisnya. Dunia Gemina perlahan berubah sesudah hari itu.
Radmila, penulis serial favorit Gemina, ternyata memiliki hubungan dengan Garin, pemuda yang menghampirinya di pojok toko buku itu. Hubungan mereka adalah ibu dan anak, dengan kesalahapahaman rumit yang menjembatani keduanya.
Menurutku, novel ini membawa angin segar dalam genre remaja-dewasa. Romance yang ditampilkan tidak terlalu over, malah cenderung manis.
Setiap tokoh juga mempunyai daya tarik tersendiri. Apalagi Garin atau yang mempunyai permasalahan internal terkait dengan adiknya yang pergi lebih dulu karena sakit dan akhirnya ‘terjebak’ di dalam kepalanya.
Pesan moral yang bisa kuambil setelah membaca cerita ini, kita harus berani mengambil risiko untuk setiap keputusan kita. Setiap orang pasti punya kesempatan kedua untuk memperbaiki dan berdamai dengan masa lalunya.
Ending ceritanya cukup memuaskan, ralat, sangat memuaskan malah menurutku. Sangat manis dan membuat hati hangat.
Karya penulis Ary Nilandari memang selalu memiliki ciri khasnya sendiri. Hal ini yang membuat para pembaca jadi bertanya-tanya, akan ada plot dan karakter unik seperti apa yang akan dijumpai kali ini.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS