Ulasan Novel Respati, Kisah Seorang Penjelajah Mimpi

Hayuning Ratri Hapsari | Rie Kusuma
Ulasan Novel Respati, Kisah Seorang Penjelajah Mimpi
Cover novel Respati (Ipusnas)

Novel Respati karya dari Ragiel JP, merupakan novel terbitan Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2021, dan masuk dalam jajaran novel best seller. Novel ini bahkan sudah diadaptasi ke dalam film, yang akan tayang tanggal 22 Mei 2024 dengan judul Malam Pencabut Nyawa.

Novel bergenre thriller, misteri, dan fantasi ini berkisah tentang seorang remaja 16 tahun bernama Respati yang tinggal bersama kakek, nenek, dan adik laki-lakinya, Anggara, sejak orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat.

Respati memiliki kemampuan unik, yang didapatnya setelah mengalami kecelakaan tabrak lari saat berusia 14 tahun. Respati bisa melihat mimpi orang lain. Dia bahkan bisa masuk ke mimpi seseorang, dengan hanya menyentuh bagian tubuh orang tersebut.

Kemampuan unik tersebut tak selalu menyenangkan bagi Respati, apalagi ketika beberapa kali dia melihat hal-hal buruk saat memasuki mimpi orang-orang.

Respati melihat tubuh-tubuh yang tewas tergantung dalam posisi terbalik dalam mimpi pamannya, Paman Samsul dan sahabatnya, Tirta. Dia juga pernah melihat hal yang sama, saat tak sengaja menyentuh tubuh gelandangan yang tengah tertidur.

Respati menyadari bahwa itu bukanlah sekadar mimpi, karena peristiwa pembunuhan dengan posisi mayat tergantung terbalik, memang beberapa kali terjadi. Paman Samsul yang seorang jurnalis, juga pernah menyelidiki kasus tersebut walau menemui jalan buntu.

Orang yang kemudian mengetahui kemampuan unik yang dimiliki Respati adalah Wulan, anak baru yang sekelas dengannya. Dari Wulan pula pemuda itu mengetahui, bahwa sebutan untuk orang dengan kemampuan sepertinya adalah Oneironaut atau Raunt, yaitu penjelajah mimpi.

Wulan juga mengenalkan Respati pada pamannya, Dokter Lesmana, yang juga memiliki kemampuan sebagai Raunt. Dokter Lesmana kemudian menjadi mentor Respati agar dia bisa mengendalikan mimpinya.

Respati kemudian mengetahui bahwa Wulan dan Dokter Lesmana telah lama menyelidiki kasus mayat tergantung, setelah tunangan Dokter Lesmana, Mayang, menjadi salah satu korbannya.

Respati lalu mencoba membantu Wulan memecahkan kasus pembunuhan tersebut. Respati juga berusaha menguak misteri kemunculan sosok berjubah hitam, yang kerap kali datang mengawasinya, dan bahkan hadir di mimpinya.

Aku berpaling ke arah yang ditunjuk Anggara. Di sana—sekitar lima meter di balik pohon mangga—sosok berjubah gelap sedang berdiri menghadap ke arah kami. Siraman cahaya lampu yang redup menambah kesan mistik sosok berjubah gelap itu. Membuatku sedikit merinding. (Hal. 9)

Novel setebal 252 halaman ini sangat menarik dari segi tema. Sangat jarang novel yang mengangkat tema penjelajah mimpi, walaupun untuk versi film saya pernah menonton film dengan tema serupa. Dengan kata lain, tema penjelajah mimpi ini bukanlah sebuah ide baru, tapi penulis dengan jeli melihatnya sebagai peluang.

Novel berlatar tempat di Yogyakarta ini menyajikan lokalitas kedaerahan yang cukup kental. Ditambah lagi dengan sejumlah dialog yang menggunakan bahasa jawa, yang semakin memperkuat kesan tersebut.

Saya menyukai bagian fantasi dalam cerita ini yang muncul dalam setiap mimpi Respati. Imajinasi saya meliar, membaca narasi detail yang disajikan penulis untuk menggambarkan mimpi Respati.

Sayangnya, plot twist tidak berhasil mengagetkan saya. Bukan karena ketidakmampuan penulis, tapi mungkin karena saya sering membaca novel bergenre thriller dan misteri, jadi saya lumayan bisa membaca pola-pola jebakan yang diberikan penulis.

Di awal-awal cerita saya sudah bisa menebak siapa dalang di balik kasus pembunuhan, walaupun saat itu belum mengetahui motifnya.

Hal yang sedikit mengganjal bagi saya ketika setting cerita ada di dalam kelas. Saya heran, mengapa selalu di mata pelajaran kimia? Terlepas dari Respati yang anak IPA dan mungkin menyukai kimia—dari beberapa narasi dan dialog lainnya di luar setting kelas yang membahas pelajaran kimia—saya rasa jadi aneh jika anak IPA cuma belajar kimia.

Saya juga merasa part tentang Wulan, sebagai satu-satunya orang yang tidak bisa ditembus mimpinya oleh Respati, sedikit mirip dengan novel Twilight. Dalam novel tersebut tokoh perempuannya, Bella Swan, tidak bisa dibaca pikirannya oleh Edward Cullen.

Selain dari sedikit kekurangan yang saya sebutkan tadi, novel Respati memiliki kekuatan dari segi penceritaan. Banyak juga informasi yang baru saya ketahui setelah membaca novel ini, seperti narasi tentang Morfeus, Fobetor, dan Fantasos, yang merupakan dewa-dewa mimpi dalam mitologi Yunani. Lalu Oneironaut, Lucid Dream, Cindaku, Lembuswana, dan masih banyak lagi.

Saya juga penasaran dengan film adaptasi dari novel Respati. Dari teaser-nya yang lumayan mendebarkan, Malam Pencabut Nyawa (judul versi film) agaknya lebih condong ke genre horor dan ini sangat menggugah antusiame saya untuk menonton filmnya.

Saya cukup menikmati membaca novel Respati dan saya yakin para penonton filmnya nanti, juga akan menikmati Respati versi layar lebarnya.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak