Ulasan Buku Niksen: Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Melakukan Apa-Apa

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Ulasan Buku Niksen: Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Melakukan Apa-Apa
Sampul Buku Niksen (ipusnas)

"Jika kamu selalu merasa dikejar deadline setiap saat, merasa tidak punya waktu untuk diri sendiri, atau mulai kewalahan dengan seluruh rutinitas yang ada, barangkali kamu butuh untuk beristirahat sejenak dan tidak melakukan apa-apa." 

Sekilas, hal tersebut terdengar klise. Kalau kita kelelahan memang butuh istirahat, semua orang tahu itu. Tapi, berhenti dari seluruh kesibukan dan tidak melakukan apa-apa itu nyatanya memang sesuatu yang sulit. Terlebih ketika kita harus mengerjakan kewajiban yang sudah menjadi tanggung jawab untuk diselesaikan.  

Hal inilah yang kemudian dibahas oleh Olga Mecking dalam buku berjudul 'Niksen: Rahasia Hidup Bahagia Tanpa Melakukan Apa-Apa'.  

Adapun kata Niksen itu sendiri, berasal dari bahasa Belanda, yang berarti tidak melakukan apa-apa. Penulis memandang bahwa Belanda adalah sebuah negara yang amat lekat dalam praktik Niksen dalam kehidupan sehari-hari.  

Apalagi, Belanda dikenal sebagai salah satu negara yang paling bahagia di dunia. Tidak seperti kebanyakan masyarakat Eropa lainnya yang gila kerja, Belanda adalah tempat masyarakatnya mampu mencapai work life balance yang menjadi salah satu indikator kebahagiaan.

Hal ini bisa dilihat dari bagaimana lingkup keluarga sebagai komunitas paling mendasar yang mendukung pemberdayaan perempuan dan laki-laki secara seimbang. Pekerjaan dan kehidupan pribadi menjadi sesuatu yang teratur dengan memberikan porsi yang sesuai pada peran masing-masing anggota keluarga.

Keberadaan panti jompo, penitipan bayi, tunjangan bagi ibu hamil, hingga cuti melahirkan yang tidak hanya diperuntukkan untuk ibu, tapi juga ayah, menjadi sarana yang difasilitasi pemerintah. 

Tak heran, Belanda menjadi negara yang leluasa untuk melakukan Niksen. Lantas, seperti apa Niksen itu sebenarnya, dan bagaimana mengimplementasikannya di alam kehidupan yang serba sibuk? 

Hal tersebut dipaparkan secara gamblang dalam buku ini. Awalnya, saya mengira bahwa praktik Niksen dengan tidak melakukan apa-apa itu sama dengan mindfulness. Tapi ternyata sebaliknya.  

Niksen adalah antitesis dari mindfulness, yakni ketika kita kabur sejenak dari kepala sendiri, dan membiarkan pikiran melamun dan mengembara sesukanya. Bisa dengan duduk bersantai sambil ngopi, atau bergelung di dalam selimut saat hari hujan tanpa melakukan apa pun. 

Di buku ini, penulis menjelaskan banyak contoh penerapan Niksen, dan juga hal-hal yang tidak termasuk Niksen, meskipun sepintas terlihat mirip.  

Hal yang saya sukai dari buku ini adalah penjelasan penulis yang cukup realistis. Penulis menjelaskan di akhir bab, mengapa Niksen terkadang juga tidak selamanya cocok untuk setiap orang.

Bagi saya, ini penjelasan yang amat jujur, karena penulis tidak memaksakan idenya sendiri, melainkan benar-benar menaruh perhatian terhadap kebutuhan dari pembaca yang berbeda-beda. 

Secara umum, buku ini sangat menarik. Bagi kamu yang ingin belajar mengenai cara beristirahat sejenak dari kesibukan, membaca teori tentang Niksen ini bisa menjadi pilihan!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak