Ulasan Novel 'The Puppeteer', Kisah Filosofis tentang Makna Keluarga

Hayuning Ratri Hapsari | Akramunnisa Amir
Ulasan Novel 'The Puppeteer', Kisah Filosofis tentang Makna Keluarga
Sampul Novel The Puppeteer (Goodreads)

Upacara kematian sering kali menjadi momen yang membawa suasana muram di hati setiap orang. Menyaksikan orang yang kita kenal, terlebih sosok yang punya ikatan emosional yang kuat dengan diri kita terbaring kaku di dalam peti adalah sebuah pemandangan yang menyesakkan.

Tapi tidak bagi Jacob Jacobsen dalam novel berjudul 'The Puppeteer' karya Jostein Gaarder ini. Di sepanjang hidupnya, Jacob punya kebiasaan untuk menghadiri upacara pemakaman banyak orang. Termasuk orang yang tidak ia kenali sekalipun.

Kebiasaan dari Jacob ini terbilang unik. Maksud saya, siapa sih makhluk random yang bersedia hadir di pemakaman orang yang tidak dikenalnya? Bukankah momen demikian hanya menghadirkan suasana muram?

Ditambah lagi, Jacob bukanlah orang gabut atau kurang kerjaan yang hanya iseng melakukan hal demikian. Namun setelah membaca cerita-cerita Jabob di novel yang menggunakan sudut pandang orang pertama ini, terungkaplah alasan mengapa ia selalu menghadiri acara pemakaman.

Di usianya yang sudah menginjak paruh baya, Jakop adalah seseorang penyendiri, tidak punya keluarga, dan pernikahannya kandas di tengah jalan.

Di tengah rasa kesepian yang menderanya, mengunjungi pemakaman membuat Jacob bisa menyaksikan kehangatan keluarga yang mengiringi peristirahatan terakhir dari mendiang yang dimakamkan. Kepada temannya Agnes, ia pun menulis surat-suratnya tentang kunjungan tersebut.

Untuk melancarkan aksinya, tak jarang Jakop harus membuat sebuah skenario seakan-akan ia mengenal sang mendiang. Bisa dibilang, Jacop ini adalah seorang pencerita ulung dan pembual yang hebat.

Hal ini juga terlihat dari bagaimana ia bercerita tentang Pelle. Seseorang yang sekilas terlihat amat dekat dengan Jacob sekaligus yang menjadi salah satu alasan keretakan rumah tangganya dengan istrinya.

Awalnya saya mengira bahwa Pelle ini memang sosok orang ketiga yang menyebalkan. Tapi plot twist-nya, Pelle ternyata hanyalah sebuah boneka yang dianggap sebagai teman imajiner dari Jacop.

Kehadiran "tokoh" Pelle juga semakin memberi gambaran tentang betapa hampa dan sepinya kehidupan Jacop. Maka dari itu, menghadiri pemakaman dengan suasana kekeluargaan yang mengharukan adalah salah satu cara yang bisa ia lakukan untuk turut merasakan kasih sayang, ikatan yang kuat, dan hubungan mendalam antara sesama manusia.

Secara umum, novel ini mengangkat sebuah premis yang unik tentang nilai-nilai kekeluargaan. Sebuah kisah yang hangat tentang pencarian makna seorang manusia yang membawanya pada pengalaman-pengalaman menarik dalam sebuah pemakaman.

Novel ini juga sarat akan pesan-pesan tentang betapa berpengaruhnya dampak dari perundungan dan kurangnya kasih sayang orang tua semasa kecil saat seseorang tumbuh dewasa.

Bagi kamu yang ingin menyelami makna dari keluarkan atau mungkin penggemar novel-novel Jostein Gaarder, The Puppeteer ini jangan sampai kamu lewatkan!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak