Ulasan Buku Iblis Karya Yuditeha, Angkat Tema Bullying dan Penodaan Agama

Ayu Nabila | Fathorrozi 🖊️
Ulasan Buku Iblis Karya Yuditeha, Angkat Tema Bullying dan Penodaan Agama
Buku kumpulan cerpen Iblis karya Yuditeha (Instagram/yuditeha2)

Yuditeha memang selalu berhasil mengantarkan para pembaca larut dalam cerita yang digarap. Meski dengan bahasa yang sederhana dan diksi yang biasa-biasa saja, cerita-cerita karya Yuditeha tetap tak kehilangan ruh. Konfliknya menggigit, suasananya hidup dan tak membosankan.

Jujur, saya termasuk salah seorang pemburu karya-karya Yuditeha. Jika sedang berkunjung ke toko buku, tak lupa saya beli buku karyanya. Demikian pula, apabila tengah belanja buku online, saya tak meninggalkan buku-buku karya pria kelahiran 22 Maret 1969 ini.

Hal ini lantaran cerita-cerita bikinan Yuditeha benar-benar menagih, termasuk cerita-cerita dalam buku kumpulan cerpen Iblis ini.

Cerpen berjudul Iblis yang kemudian dinobatkan sebagai sampul buku ini, mengisahkan mengenai seorang laki-laki yang dipandang suci, banyak pengikutnya, namun pikirannya dirasuki iblis sehingga memiliki pikiran kotor untuk berbuat maksiat.

Pada suatu waktu, seorang pendengar setia khotbah Tuan Mulia Juhiri mengantarkan anak perempuannya untuk belajar kepada Tuan Mulia Juhiri. Selepas ibu anak itu beranjak dari hadapan Tuan Mulia Juhiri, hati Tuan Mulia yang dibisiki iblis menyusun siasat untuk menikmati tubuh anak perempuan yang masih begitu segar, mulus, bahkan tampak belum tersentuh oleh siapa pun sebelumnya.

Cerpen ini pun ditutup dengan penegasan bahwa iblis tak pernah jauh dari manusia, karena itu merupakan janjinya kepada Tuhan saat diturunkan dari surga. Sebagaimana dalam kutipan berikut:

Semoga dia penurut. Rasanya aku sudah tak sabar ingin menikmati tubuhnya. Karena itulah aku senang berada di sini, berlindung di dalam kesucian, dan aku selalu rindu momen-momen tersebut. Itulah kegemaranku. Apa yang iblis katakan benar. Iblis tidak pernah meninggalkanku (Iblis, halaman 26).

Selain itu, pada buku kumpulan cerita pendek terbitan Langgam Pustaka pada Mei 2022 ini juga mengangkat soal perundungan atau bullying. Tema tersebut digambarkan dalam cerita berjudul Babi, yang menjadi cerita pertama.

Salinga, salah satu anak desa itu hilang selama tiga hari di saat kondisi desa tengah ramai dengan isu babi ngepet. Sementara itu, Salinga juga pernah diketahui sedang berada di pemakaman kampung dan berlagak seseorang seperti mencari sesuatu.

Gerak-gerik Salinga membuat warga kampung curiga. Karena itulah, Salinga ditangkap warga ramai-ramai. Ia dituduh telah menjadi budak dari siluman babi.

Kepada ayahnya, Salinga berkisah bahwa saat berada di pemakaman kampung itu, ia bersama teman-temannya sedang bermain petak umpet dan Salinga yang kebetulan bertugas mencari teman-temannya yang bersembunyi.

Karena sering mendapat perundungan dari warga sekitar, akhirnya Salinga tak mau bermain dengan teman-temannya lagi. Ia juga tak boleh keluar dari rumah, sebab jika terpaksa keluar, maka bullying dari teman-teman sepermainan yang kurang suka kepada Salinga akan terus dilancarkan. Maka, demi keselamatan dan masa depan Salinga, oleh orang tuanya Salinga tidak diperkenankan bermain di luar rumah.

Inilah ulasan dua judul cerpen dari buku kumpulan cerita pendek Iblis karya Yuditeha. Masih ada beberapa judul lainnya dalam buku kumcer ini, yakni Bukan Veteran, Drajat, Kasam, Kersen, Maaf, Mimpi, Mobil, Serapah, Serigala, Sertifikat, Tanah, dan Ular Sawah.

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak