"Eat Pray Love" yang disutradarai oleh Ryan Murphy dan dirilis pada tahun 2010, adalah film drama yang diadaptasi dari memoir Elizabeth Gilbert dengan judul Eat Pray Love: One Woman’s Search for Everything Across Italy, India and Indonesia.
Film ini dibintangi oleh Julia Roberts, Javier Bardem, Billy Crudup, Richard Jenkins, James Franco, Hadi Subiyanto hingga Christine Hakim.
Sinopsis
Film ini mengikuti perjalanan Elizabeth Gilbert (Julia Roberts) seorang penulis sukses yang merasa hidupnya tidak bahagia meskipun memiliki karier yang mapan di New York.
Suatu saat, Elizabeth mulai merasa terjebak dalam pernikahannya yang telah berlangsung delapan tahun dengan Steven (Billy Crudup). Hal ini membawanya pada keputusan berani untuk bercerai.
Namun, perceraian ini tidak serta merta memberinya kebebasan emosional, Elizabeth juga memulai hubungan singkat dengan David (James Franco), yang ternyata tidak memberikan dampak apa pun bagi Liz, dan akhirnya, hubungan mereka juga kandas.
Setelah berpisah dari David, Elizabeth memutuskan untuk melakukan perjalanan selama setahun ke tiga negara: Italia, India, dan Indonesia, guna mencari makna kehidupan dan menemukan kedamaian batin.
Destinasi pertama Elizabeth adalah Italia. Di sini, dia fokus untuk menikmati hal-hal kecil dalam hidup, terutama makanan.
Di Italia, Elizabeth menikmati beragam makanan dan belajar untuk merasakan kebahagiaan dari hal-hal sederhana. Dia menyantap pasta, pizza, dan spaghetti, serta menikmati budaya Italia dengan perasaan tanpa beban dan tanpa rasa bersalah.
Elizabeth juga menjalin pertemanan dengan penduduk lokal, yang membantu nya mempelajari bahasa Italia dan memperkenalkannya pada aspek-aspek khas dari budaya negara tersebut.
Perjalanan Elizabeth berlanjut ke India, ia mengunjungi ashram untuk mendalami spiritualitas dan menemukan kedamaian batin.
Ia berusaha keras untuk mencapai konsentrasi dalam meditasi, namun diganggu oleh perasaan-perasaan negatif, tetapi melalui refleksi mendalam dan bimbingan dari Richard, seorang pria dari Texas, yang ia temui di sana, dia belajar untuk melepaskan rasa sakit emosional dari masa lalunya
Perjalanan terakhir membawa Elizabeth ke Bali, Indonesia, dia bertemu kembali dengan Ketut Liyer (Hadi Subiyanto) seorang dukun yang pernah ia temui saat kunjungan ke Bali sebelumnya. Ketut Liyer membimbingnya untuk menemukan keseimbangan antara kenikmatan duniawi dan spiritualitas.
Tak disangka, di Bali pula, Elizabeth juga bertemu dengan Felipe (Javier Bardem), seorang pria asal Brasil.
Felipe adalah sosok yang lembut dan penuh kasih, tetapi Elizabeth ragu untuk menjalin hubungan romantis karena takut terjebak dalam pola hubungan yang sama seperti sebelumnya.
Namun, Felipe mendorongnya untuk menerima cinta tanpa merasa terikat, dan akhirnya Elizabeth pun bisa membuka hatinya kembali.
Ulasan Film Eat Pray Love
Menurut saya, salah satu yang spesial dari film ini adalah sinematografinya yang benar-benar memanjakan mata penonton, seakan akan penonton diajak traveling secara virtual.
Setiap lokasi Italia, India, dan Bali disajikan dengan indah dan mencerminkan suasana yang berbeda di setiap babak cerita.
Di Italia, makanan dan budaya dihidangkan dengan begitu menggoda, sehingga seolah-olah kita bisa merasakan setiap suapan pasta dan spaghetti yang dinikmati Elizabeth.
Di sisi lain, India dipotret dengan lebih sunyi, meski kurang terasa aspek spiritual yang sebenarnya Elizabeth alami di dalamnya.
Sedangkan Bali, dengan pemandangan tropisnya yang eksotis, menjadi tempat Elizabeth akhirnya menemukan cinta. Visual di Bali menggambarkan kedamaian dengan keindahan alamnya yang sangat sesuai dengan tema akhir film.
Dalam film ini, Julia Roberts berhasil membawa karakter Elizabeth Gilbert dengan performa yang karismatik dan autentik, ia berhasil membawa emosi kompleks dan mendalam dari Elizabeth.
Keputusan untuk memilih Julia Roberts sangat tepat karena karisma dan kepribadiannya mampu membuat karakter Elizabeth yang menurut saya, tampak egois menjadi lebih relatable dan dapat diterima oleh penonton.
Javier Bardem juga memberikan performa yang menawan sebagai Felipe, pria yang membantu Elizabeti menemukan kembali rasa cinta. Chemistry antara keduanya memberikan dinamika yang menyentuh di bagian akhir film.
Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa Eat Pray Love juga memiliki kekurangan. Dalam usahanya mencakup perjalanan yang terbagi dalam tiga fase kehidupan Elizabeth (makan, berdoa, dan cinta), film ini terkadang terasa terburu-buru.
Bagian di Italia dan Bali, mungkin yang paling benar-benar menggambarkan aspek Eat dan Love, tetapi bagian Pray di India yang seharusnya menjadi pusat pendalaman spiritual Elizabeth justru terasa kurang digali.
Meski demikian, film ini tetap menyampaikan pesan yang kuat tentang pentingnya memahami diri sendiri sebelum bisa benar-benar mencintai orang lain.
Elizabeth belajar bahwa kebahagiaan tidak datang dari luar, tetapi dari dalam dirinya sendiri. Film ini juga menyoroti pentingnya melepaskan masa lalu dan luka emosional agar bisa hidup lebih baik di masa kini.
Setiap babak perjalanan Elizabeth mengajarkan nilai yang berbeda, mulai dari menikmati momen momen kecil (Italia), melepaskan beban masa lalu (India), hingga membuka hati untuk cinta lagi (Bali)
Secara keseluruhan, Eat Pray Love adalah film yang menyenangkan untuk ditonton.
Meski narasinya terkadang terasa dangkal dan kurang memberikan pencerahan spiritual yang dalam bagi beberapa penonton, film ini tetap memiliki daya tarik tersendiri berkat visual yang memukau dan akting Julia Roberts yang solid.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS