Review Film The Cursed Land: Horor dengan Sentuhan Islam yang Mencekam

Hayuning Ratri Hapsari | Chandra Setia
Review Film The Cursed Land: Horor dengan Sentuhan Islam yang Mencekam
Adegan film The Cursed Land (IMDb)

Disutradarai oleh Panu Aree, The Cursed Land menawarkan perspektif baru dalam genre horor Thailand dengan menghadirkan elemen Islam dan budaya lokal yang jarang dieksplorasi.

Film ini dirilis pada 9 Oktober 2024 dan dibintangi oleh Ananda Everingham sebagai Mit, Bront Palarae sebagai Heem, serta Jennis Oprasert sebagai May. 

Sinopsis Film The Cursed Land

The Cursed Land bercerita tentang Mit, seorang kepala bagian teknik yang baru saja kehilangan istrinya. Bersama putrinya, May, ia pindah ke daerah Nong Chok, wilayah dengan mayoritas penduduk Muslim di Thailand.

Setelah menetap di rumah tua yang penuh simbol misterius, Mit mulai merasakan ketidaknyamanan di lingkungan barunya. May, di sisi lain, lebih mudah beradaptasi dan menjalin persahabatan dengan seorang gadis lokal bernama Yah.

Ketegangan mulai meningkat ketika gangguan supernatural mulai mengusik kedamaian mereka, terutama setelah Mit secara tidak sengaja melepaskan kutukan jin yang telah terperangkap selama 200 tahun di rumah tersebut.

Hubungan Mit dan May semakin diuji saat Mit kehilangan kendali dan menghadapi tekanan dari lingkungan yang ia anggap penuh dengan ancaman. Meskipun penduduk lokal bersikap ramah, prasangka dan ketakutan Mit membuatnya semakin terisolasi.

Plot dan Pengembangan Karakter

The Cursed Land menonjolkan narasi slow burn yang lebih fokus pada ketegangan psikologis daripada serangkaian jumpscare yang sering ditemui dalam film horor mainstream.

Film ini menggali konflik antara Mit yang terjebak dalam prasangka budaya serta duka akibat kehilangan istrinya, yang membuatnya rentan terhadap kekuatan jahat di sekitarnya.

Porsi yang besar diberikan pada Mit, dengan akting memukau Ananda Everingham yang menggambarkan transformasi psikologis karakter ini.

Namun, salah satu kelemahan film ini adalah ritme yang terlalu lambat. Meskipun plot memiliki potensi besar, terlalu banyak fokus pada konflik internal Mit membuat cerita terasa bertele-tele dan kurang memberikan penjelasan mengenai sejarah kutukan maupun dinamika masyarakat muslim di Nong Chok.

Elemen horor berbasis agama Islam yang seharusnya menjadi nilai jual utama, sayangnya, kurang dieksplorasi dengan maksimal.

Visual dan Atmosfer

Panu Aree berhasil menciptakan suasana mencekam melalui pilihan tone warna yang membedakan antara siang dan malam.

Malam hari digambarkan dengan tone biru gelap yang memperkuat nuansa horor, sementara siang hari menampilkan tone kuning kecokelatan yang menciptakan kesan lusuh dan panas, membuat suasana rumah semakin tidak ramah.

Ditambah lagi, pengambilan gambar lambat dan fokus pada sudut-sudut rumah memperkuat atmosfer seram yang perlahan membangun rasa takut.

Apakah Layak Ditonton?

The Cursed Land dengan pendekatan yang unik, menawarkan cerita yang lebih kompleks dan elemen budaya yang segar. Meskipun berjalan lambat dan minim jumpscare, film ini berhasil membangun ketegangan melalui visual yang cermat dan penggambaran karakter yang mendalam.

Jika Anda menyukai horor yang fokus pada suasana dan psikologis, film ini layak untuk ditonton, meski mungkin akan terasa kurang memuaskan bagi penggemar horor jumpscare. Ayo ditonton!

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak