Ulasan Novel 'Tari Bumi', Kehidupan Perempuan Bali di Tengah Tekanan Kasta

Sekar Anindyah Lamase | Ardina Praf
Ulasan Novel 'Tari Bumi', Kehidupan Perempuan Bali di Tengah Tekanan Kasta
Novel Tari Bumi (goodreads.com)

'Tarian Bumi' karya Oka Rusmini adalah novel yang mengangkat realitas perempuan Bali yang hidup di bawah bayang-bayang adat istiadat dan sistem kasta yang kaku.

Dengan latar belakang budaya Bali yang sangat kental, novel ini menyajikan gambaran yang jujur dan menyentuh tentang ketidakadilan yang dihadapi perempuan, terutama yang berkaitan dengan struktur sosial yang menuntut mereka untuk tunduk pada aturan adat.

Cerita ini berpusat pada karakter Telaga, seorang perempuan dari kasta Brahmana yang jatuh cinta pada pria dari kasta Sudra.

Hubungan mereka menjadi inti dari konflik novel, karena adat Bali tidak mengizinkan seorang perempuan dari kasta Brahmana menikah dengan pria dari kasta yang lebih rendah.

Telaga berada di persimpangan, terjebak antara cinta dan tanggung jawab adat. Pilihan apa pun yang dia buat akan mengorbankan sebagian dari dirinya, dan dilema ini menjadi penggerak utama cerita.

Melalui sudut pandang Telaga, Oka Rusmini memperlihatkan bahwa di balik kemegahan budaya Bali, ada realitas keras yang harus dihadapi oleh perempuan yang terkungkung oleh adat.

Sebagai seseorang yang belum pernah tinggal di Bali, novel ini menawarkan sudut pandang yang menarik tentang keindahan sekaligus kompleksitas pulau tersebut.

Bali mungkin dikenal karena pariwisata dan budayanya yang ramah, tetapi bagi penduduk asli, hidup di Bali penuh dengan aturan sosial yang tak tertulis.

Kasta memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat, mempengaruhi tidak hanya status sosial, tetapi juga ekonomi dan kehormatan.

Luh Sekar, seorang perempuan dari kasta Sudra yang ingin mengubah nasibnya, adalah salah satu karakter penting yang menunjukkan seberapa besar pengaruh kasta di Bali.

Ia menikah dengan seorang bangsawan demi status, meski harus menanggung harga yang sangat mahal karena perilaku suaminya yang jauh dari ideal.

Obsesi Luh Sekar untuk meningkatkan statusnya membawa dampak besar bagi anaknya, Telaga, yang terjebak dalam harapan dan tekanan ibunya.

Selain mengangkat isu kasta dan perempuan, 'Tarian Bumi' juga mengeksplorasi budaya tari Bali yang sarat makna.

Seni tari tidak hanya digambarkan sebagai bentuk hiburan, tetapi sebagai bagian integral dari ritual dan kehidupan masyarakat Bali.

Para penari, meski sering kali dihormati di panggung, tetap tidak bisa lepas dari kemiskinan yang melingkupi hidup mereka.

Esensi dari tari Bali menjadi pertanyaan dalam novel ini, apakah seni tari masih memiliki makna spiritual atau telah kehilangan substansinya di tengah modernisasi?

Novel ini disampaikan dengan bahasa yang puitis namun tetap lugas, menggambarkan keindahan sekaligus kekelaman Bali secara mendalam.

Oka Rusmini tidak hanya menghadirkan kisah yang kaya akan budaya dan adat istiadat, tetapi juga menggugah perenungan tentang posisi perempuan dalam masyarakat tradisional.

Secara keseluruhan, 'Tarian Bumi' adalah sebuah novel yang membuka mata tentang sisi lain Bali yang jarang terekspos, sebuah Bali yang tidak hanya mempesona tetapi juga penuh dengan dilema dan ketegangan sosial yang kompleks.

CEK BERITA DAN ARTIKEL LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak