Kata adalah media untuk mengungkapkan apa yang kita rasa, dengar dan lihat. Hanya dengan kata, semua perasaan akan tercurahkan, baik rasa senang maupun rasa sedih. Bahkan, sebab kata, yang mati menjadi hidup. Begitu pula dengan buku antologi Kata-Kata Senyap ini, bergelimang kata tertuang dari hati ke hati.
"Kata merupakan gabungan daripada huruf-huruf yang sarat akan makna."
"Berhati-hatilah dalam berkata-kata, kata-kata dapat mengundang cinta dan musibah. Sebab, kata-kata adalah realisasi dari hati."
"Kata adalah pisau tidak kasat mata, bui yang memenjarakan manusia, gambaran kekosongan dalam hati tiap orang, sebuah harapan, cahaya penyelamatan, serta yang menciptakan kehidupan itu sendiri." (Halaman 130).
Selain memuat ragam quote mengenai kata-kata, buku ini juga berisi cerita pendek dan puisi. Puisi-puisi yang tertulis di dalam buku ini juga sarat tema. Salah satunya bernada teriakan kaum jelata terhadap pemerintah. Di antaranya bertajuk Jerit Angin buah karya Lily Rosella.
Pada tangan-tangan keji
Bicara bak mengkaji
Menindas rakyat susah
Uang pajak juga diperah
Haruskah hati ikuti pemerintah?
Padahal korupsi terus merekah
Tersenyum bagai tak berdosa
Merauk tanpa menyisa
Menjerit angin meluluhlantakkan segala
Memuntahkan muak di negeri antah berantah
Tuhan hendak melindungi siapa?
Sedangkan negeri dihancur-leburkan manusia tak berperasa (Halaman 114).
Selain puisi, bertaburan pula cerpen di dalam buku Kata-Kata Senyap ini. Cerpen-cerpen yang termuat, mulanya saya baca biasa-biasa saja, konflik datar, namun nyaris di ambang ending, ternyata cukup menendang.
Kita bisa melihat cerpen pertama yang berjudul Kisah-Kisah yang Kuceritakan Kembali. Cerpen ini mengisahkan Hana dan Wawan yang baru saja bertetangga. Pada suatu hari Hana ingin memetik buah mangga di halaman rumahnya. Saat ia kewalahan untuk memetik, Wawan menawarkan diri untuk memanjat pohon itu dan memetikkan buahnya untuk Hana.
Berawal dari pertemuan itu, Wawan seringkali berkunjung ke rumah Hana. Dan pada kesempatan yang berbeda, Wawan datang menemui Hana lewat jendela kamarnya. Hana yang kaget setengah mati langsung menanyakan maksud kedatangan Wawan. Dengan santai ia menjawab hendak melamar Hana.
"Masa ada orang yang ngelamar lewat jendela dan sendirian, keluarganya nggak ikut," canda Hana sambil membaca buku.
"Itu ibu sama bapak juga kakakku ada di depan, buat ngelamar kamu," katanya santai. (Halaman 13).
Hana belum percaya, tapi saat ia dipanggil oleh mamanya sebab di depan ada tamu, ia baru percaya ternyata tamu yang dimaksud mamanya adalah orang tua Wawan yang berniat untuk melamar Hana.
Inilah kisah cinta antara Wawan dan Hana yang datang bermula dari buah mangga. Si pencerita pun sekaligus sosok aku menegaskan ia kemudian menikah dengan Wawan yang membuatnya selalu salah tingkah.
Selamat membaca!
Identitas Buku
Judul: Kata-Kata Senyap
Penulis: Ai Pertiwi, dkk.
Penerbit: CV Jejak
Cetakan: I, Mei 2018
Tebal: 136 Halaman
ISBN: 978-602-5769-85-6