Ulasan Novel Merakit Kapal: Memaknai Kamus dan Pekamus

Hernawan | Nurkalina Pratiwi Suganda
Ulasan Novel Merakit Kapal: Memaknai Kamus dan Pekamus
Sampul Novel Merakit Kapal karya Shion Miura (goodreads)

Merakit Kapal merupakan novel terjemahan asal Jepang yang ditulis oleh Shion Miura. Novel ini diterbitkan ke bahasa Indonesia oleh penerbit Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2021. Merakit Kapal menjadi salah satu buku terbaik yang saya baca di penghujung tahun 2024. Dengan total halaman sebanyak 296 dan pembagian jumlah babak sebanyak 5 bab, Merakit Kapal mengantar saya untuk mengarungi lautan penyusunan kamus dari sudut pandang para pekamus (leksikograf) dalam rentang waktu yang berbeda.

Sejalan dengan blurb pada sampul belakang buku, Merakit Kapal menceritakan tentang proses pembuatan dan penulisan kamus. Saat itu, kepala redaksi kamus dari Penerbit Genbu, Kohei Araki, merekrut Mitsuya Majime yang berasal dari divisi lain untuk pindah ke redaksi kamus. Kohei Araki tertarik pada kepribadian Mitsuya Majime yang serius dan bersungguh-sungguh—sesuai dengan arti namanya—serta ketelitian dan kesungguhannya terhadap buku.

Mitsuya Majime yang peka dan menyukai kata-kata pun menerima tawaran itu. Judul kamus yang sedang Penerbit Genbu buat adalah Daitkai, yang berarti menyeberangi lautan. Kamus Daitkai selesai disusun selama 15 tahun. Bukan waktu yang singkat, 'kan? Selama waktu penulisan tersebut ada banyak peristiwa yang terjadi, yang mengiringi pembaca untuk tenggelam pada keseharian seorang pekamus.

Hal yang membuat saya terenyuh adalah betapa kurang akrabnya saya dengan profesi pekamus. Sebelum membaca novel Merakit Kapal, anggapan saya terhadap para pekamus hanya sebatas orang-orang yang giat dan gigih dalam menyusun ribuan entri. Eksistensi kamus bahkan sebatas ada tanpa urgensi yang signifikan.

 Merakit Kapal mengubah cara pandang saya dengan indah dan sederhana, betapa buku kamus sangat berharga. Mulai dari para editor yang bekerja di balik layar, entri-entri yang terus bertambah dan berkembang seiring waktu berjalan, juga hari-bulan-tahun yang dihabiskan untuk menulis indeks dan merevisi entri, tidak lupa pula momen penyuntingan yang mengharuskan para editor dan pekamus untuk fokus—sepenuhnya membaca dan menulis ulang.

Seperti sudah disinggung sebelumnya, Merakit Kapal merupakan novel terjemahan asal bahasa Jepang, karena itulah cara kerja dan kosakata yang dibahas pada catatan kaki berbasis negara dan bahasa Jepang. Saat membaca, saya terpikir, apakah ada novel ataupun cerpen yang membahas seputar penyusunan kamus beserta tokoh-tokoh di belakangnya, seperti editor dan pekamus, di Indonesia? Akan sangat menarik jika ada penulis yang mengangkat topik tersebut. Pembaca bisa lebih memahami alur kerja penyusunan kamus. Meskipun secara umum langkah-langkahnya pasti tidak jauh berbeda, tetapi saya yakin ada satu-dua perbedaan dalam segi keproduksian.

Secara keseluruhan, novel Merakit Kapal sangat ringan untuk dibaca kala senggang. Novel ini juga cocok bagi pembaca yang penasaran terkait ruang lingkup kamus dan pekamus, serta pembaca yang sudah familier dengan karya sastra terjemahan dari bahasa Jepang.

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak