Wuxia, merupakan genre yang sudah lama jadi ikon sinema Tiongkok, selalu menghadirkan duel epik, tokoh heroik, dan narasi penuh intrik.
Hark Tsui, sutradara legendaris yang dikenal dengan sentuhannya dalam Film Once Upon a Time in China dan Detective Dee, kembali membawa semangat itu dalam Film Legends of the Condor Heroes: The Gallants. Film ini diangkat dari novel klasik karya Jin Yong dan menampilkan sederet aktor: Zhan Xiao, Dafei Zhuang, Tony Ka Fai Leung, Wenxin Zhang, dan masih banyak lagi.
Dengan produksi berskala besar, film ini menghadirkan visual spektakuler juga aksi memukau, dan tentunya sudah tayang di bioskop Tanah Air sejak 26 Februari 2025.
Salah satu hal yang menarik untuk dibahas adalah gaya dialognya yang dramatis serta bagaimana unsur romansa dibangun di tengah konflik besar. Penasaran? Kepoin terus ya!
Dialog Dramatis Meningkatkan Nuansa Epik Filmnya?
Wuxia selalu punya ciri khas dalam gaya bahasanya. Para pendekar nggak hanya bertarung dengan pedang, tapi juga dengan kata-kata yang puitis gitu. Dalam ‘Legends of the Condor Heroes: The Gallants’, Sutradara Tsui Hark tampaknya nggak segan-segan membawa elemen ini ke tingkat yang lebih tinggi.
Bayangkan ya, misal nih salam dialog: “Langit begitu luas, dan aku takkan kehilanganmu lagi!” atau “Darah para leluhur mengalir dalam nadiku, aku takkan gentar menghadapi seribu musuh!” Bagi penggemar wuxia klasik, dialog semacam itu jelas terasa autentik dan ngebangun suasana. Namun, bagi penonton modern, terutama yang kurang terbiasa dengan gaya penceritaan begitu, dialog seperti itu jelas terasa kaku atau bahkan lebay banget nggak sih?
Kadang-kadang, dialog yang terlalu berbunga-bunga justru membuat penonton lebih sulit terhubung secara emosional dengan karakter. Ya gimana ya? Ibaratnya penonton tuh, lebih sibuk mencerna kata-kata ketimbang merasakan beban emosional di baliknya.
Namun, ada juga sisi positifnya. Dialog seperti itu memperkuat nuansa mitologis wuxia—mengangkat para tokohnya menjadi lebih dari sekadar manusia biasa, tapi sebagai legenda yang kisahnya akan diceritakan turun-temurun. Begitulah.
Oh iya, ada hal menarik lainnya, yaitu sisi romansa. Kepoin lagi ya!
Kupas Romansa di Tengah Pertempuran
Di balik pertarungan antar klan, intrik politik, dan pencarian ilmu bela diri tertinggi, Film Legends of the Condor Heroes: The Gallants juga menyelipkan elemen romansa, terutama antara Guo Jing dan Huang Rong.
Seperti kebanyakan kisah wuxia, hubungan mereka bukan sekadar kisah cinta biasa, melainkan sebuah perjalanan emosional yang sarat dengan ujian dan pengorbanan.
Namun, apakah kisah cintanya mendapatkan porsi yang pas? Jujurly, di tengah narasi yang padat dan penuh aksi, romansanya justru terasa agak terburu-buru. Chemistry antara karakter utama memang ada, tapi ketika film harus membagi waktu dengan pertarungan dan intrik politik, hubungan mereka terkadang hanya terasa seperti subplot yang nggak terlalu dikembangkan.
Biarpun gitu, tanpa romansa, ‘Legends of the Condor Heroes: The Gallants’ mungkin saja cuma sekadar parade pertempuran tanpa jiwa. Jadi, kisah Guo Jing dan Huang Rong tuh ibaratnya ngasih sisi manusiawi pada film ini.
Pada akhirnya, beberapa aspek mungkin cuma terasa teatrikal. Biarpun begitu film ini sangat layak kamu tonton.
Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS.