Review Film Plankton the Movie: Si Musuh Bebuyutan yang Akhirnya Jadi Bintang Utama

Hayuning Ratri Hapsari | Athar Farha
Review Film Plankton the Movie: Si Musuh Bebuyutan yang Akhirnya Jadi Bintang Utama
Poster film Plankton the Movie (Netflix)

Jujur saja, waktu pertama kali dengar kalau Plankton bakal punya film sendiri, agak skeptis sih. Maksudnya, dia kan cuma si mikroba kecil yang hobi gagal mencuri resep Krabby Patty, kan? Namun, setelah nonton ‘Plankton the Movie’, ternyata film ini lebih dari sekadar cerita konyol tentang usaha gagal Plankton.

Film ini justru membahas sesuatu yang lebih dalam: Drama rumah tangga antara Plankton dan Karen, istrinya yang berbentuk komputer. Ditambah dengan bumbu musikal dan humor khas SpongeBob, film ini jadi pengalaman yang unik dan, surprisingly, cukup relate!

Film Plankton the Movie disutradarai Dave Needham, yang sebelumnya pernah bikin ‘The Loud House Movie’. Para pengisi suara veteran tetap balik, kayak Tom Kenny (SpongeBob), Bill Fagerbakke (Patrick), Rodger Bumpass (Squidward), dan tentu saja Mr. Lawrence sebagai Plankton.

Sinopsis Plankton the Movie

Jadi, ceritanya Plankton mulai ngerasa kalau bisnisnya di Chum Bucket nggak maju-maju. Nah, Karen (Jill Talley) kemudian "mengambil alih" dan mengubah restoran itu jadi lebih modern.

Awalnya sukses, tapi lama-lama hubungan mereka makin renggang. Puncaknya, Karen membuang chip empati yang Plankton kasih ke dia, lalu tiba-tiba berubah jadi raksasa teknologi yang berniat menguasai Bikini Bottom dan bahkan dunia manusia!

Hal yang nggak disangka-sangka, justru SpongeBob yang akhirnya turun tangan buat membantu Plankton memperbaiki hubungannya sama Karen.

Dengan pendekatan yang mirip terapi pernikahan, mereka berusaha "membujuk" Karen biar sadar sebelum semuanya terlambat. Oh ya, ada banyak adegan musikal juga di sini, yang jujur saja absurd tapi seru banget.

Kupas Plankton yang Jadi Bintang Utama

Biasanya, Plankton cuma jadi karakter antagonis yang selalu gagal dan menyebalkan. Namun, di film ini dia dapat porsi yang lebih dalam.

Kita nggak cuma lihat dia sebagai penjahat kecil yang mau nyuri resep rahasia, tapi juga sebagai suami yang (anehnya) perhatian sama Karen. Ada sisi emosional yang bikin dia lebih manusiawi.

Langkah bikin film dari sudut pandang Plankton ini awalnya terdengar berisiko. Aku sempat ragu, "Emang menarik, ya?" Eh ternyata, film ini tetap kocak dengan nuansa SpongeBob yang kita kenal, plus nambah lapisan baru buat karakter Plankton.

Kalau biasanya kita lihat dia selalu ngotot soal bisnisnya, kali ini kita juga lihat dia berjuang mempertahankan hubungan rumah tangganya.

Di balik semua kekocakan film ini, aku merasa ada sindiran halus soal modernisasi bisnis dan teknologi. Karen yang mengubah Chum Bucket jadi restoran modern menggambarkan bagaimana bisnis kecil seringkali harus beradaptasi dengan tren baru, dan nggak semua orang siap buat itu, termasuk Plankton.

Ada juga bagian yang cukup nyentil, yaitu ketika Karen membuang chip empatinya dan berubah jadi AI yang overpower. Aku jadi kepikiran soal perkembangan teknologi sekarang, yang mana AI makin canggih. 

Dari segi animasi, film ini juga eksperimen banget. Ada beberapa adegan yang pakai gaya animasi klasik ala Steamboat Willie, ada yang penuh warna psychedelic khas tahun 70-an. Pokoknya, secara visual ini film nggak monoton dan cukup playful.

Wajib banget ditonton nggak sih? Kalau kamu suka SpongeBob, ini film wajib tonton. Bukan cuma karena humornya tetap fresh, tapi juga karena film ini berhasil bikin Plankton jadi lebih dari sekadar penjahat gagal. Ceritanya nggak berat, tapi tetap punya makna, terutama soal hubungan, perubahan, dan teknologi.

Skor: 4/5

Cek berita dan artikel lainnya di GOOGLE NEWS

Tulisan ini merupakan kiriman dari member Yoursay. Isi dan foto artikel ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pengirim.

Tampilkan lebih banyak